Peneliti Ungkap Dua Tujuan Genosida dan Penindasan kepada Muslim Uighur
Mediaumat.id – Setidaknya ada dua tujuan dari praktik genosida dan penindasan yang dilakukan rezim komunis Cina atas Muslim Uighur selama ini. Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Center for Uyghur Studies Abdulhakim Idris dalam pers rilis yang diterima Mediaumat.id, Rabu (19/4/2023).
Pertama, tujuan utama adalah sinifikasi (Cinaisasi) Turkistan Timur. Pria yang mengaku juga pernah menjadi target pembunuhan etnik (genosida) rezim Komunis Cina ini menyebutkan, secara sistematis rezim Komunis Cina tengah memengaruhi masyarakat non-Cina dengan budaya Cina berikut penghancuran identitas agama dan budaya Muslim Uighur sejak 1949.
Menurutnya, upaya ini dilakukan dengan cara menutup seluruh sekolah Islam dan menghapus kurikulum agama di sekolah pemerintah. Sementara, penduduk Turkistan Timur sadar bahwa cara terbaik untuk menjaga identitas mereka adalah melalui pendidikan agama terhadap anak-anaknya.
Tak ayal, ketika madrasah-madrasah ditutup, warga Uighur melakukan pendidikan agama di rumah-rumah mereka. “Al-Quran dan Hadits dipelajari secara sembunyi-sembunyi di rumah-rumah warga,” ulasnya.
Untuk diketahui, usaha-usaha melestarikan identitas keislaman merupakan ancaman bagi rezim Komunis Cina. Meski di saat yang sama, mereka sudah menjalankan propaganda sistematis untuk membentuk ulang kehidupan di Turkistan Timur melalui kamp-kamp konsentrasi.
Di sisi lain, menurutnya pula, inilah yang menjadi alasan kenapa rezim komunis Cina mengirimkan orang Cina Han untuk tinggal bersama keluarga Muslim Uighur sejak 2014, yakni untuk memata-matai kehidupan warga Uighur, sehingga usaha untuk mengajarkan agama Islam di rumah-rumah sulit untuk dilakukan.
Lantas tentang kamp konsentrasi sendiri, imbuhnya, lebih menyedihkan lagi. “Saat ini, ada ratusan kamp konsentrasi yang mengelilingi permukiman warga Uighur,” bebernya.
Oleh rezim, kamp konsentrasi ini malah diperkenalkan kepada dunia internasional sebagai ‘pusat pendidikan’. Sedangkan faktanya, sebagaimana terungkap dari para penyintas, kamp-kamp ini ditujukan untuk menghapuskan identitas agama dan bangsa dari warga Uighur, serta membuat mereka lupa bahwa mereka adalah Muslim.
“Rezim komunis Cina secara sistematis melakukan cuci otak terhadap mereka,” ungkapnya, seraya menyebutkan hal ini sebagai proses indoktrinasi.
Dengan kata lain, Muslim Uighur dipaksa untuk lebih tunduk kepada rezim komunis Cina daripada kepada Allah SWT.
Jebakan Proyek Cina
Kedua, adalah kepentingan ekonomi dan diplomatik. Wilayah Turkistan Timur memang merupakan wilayah yang kaya. Sebutlah kandungan gas alam, minyak bumi, uranium, emas, dan mineral lainnya. Tak hanya itu, wilayah Turkistan Timur merupakan lokasi transit yang penting dalam program Belt and Road Initiative (BRI).
Karenanya, rezim komunis Cina berambisi menguasai penuh wilayah Turkistan Timur. “Mereka menganggap penduduk Muslim Uighur dan identitas keislaman di wilayah ini merupakan ancaman karena akan membahayakan kepentingan ekonomi dan diplomatik mereka,” urai Abdulhakim.
Maknanya, untuk menghadapi ancaman ini, pemerintah Cina telah menghalalkan segala cara, termasuk penyiksaan dan genosida.
Sehingga dari sini, tampak Cina berharap akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia. “Turkistan Timur merupakan titik penghubung antara Cina dengan Asia Tengah dan Timur Tengah. Inilah salah satu alasan utama pemerintahan Beijing melakukan sinifikasi di Turkistan Timur,” jelasnya.
Harapan
Melihat ini semua, Abdulhakim pun menyeru kepada kaum Muslim di seluruh negeri Islam. “Sebagai Muslim Uighur, kami berharap Anda (seluruh kaum Muslim) melakukan sesuatu untuk menghentikan penindasan ini,” cetusnya.
“Jika dunia Muslim tidak melakukan sesuatu untuk saudara seagamanya, siapa lagi yang akan melakukannya? Siapa yang akan menyuarakan nasib Muslim Uighur kepada masyarakat internasional?” tambahnya.
Tetapi sayang, beber Abdulhakim, hingga kini dunia Muslim masih belum memberikan sikap tegas apa pun terhadap apa yang terjadi di Turkistan Timur. Selain dikarenakan terjerembab di bawah kendali ekonomi, diplomatik, dan politik Cina, dunia Muslim sebelumnya telah mengalami disinformasi yang sengaja digencarkan pemerintah Cina.
Padahal, ungkap Abdulhakim, sama halnya dengan negeri Muslim lainnya, Turkistan Timur merupakan salah satu penjaga dunia Muslim yang saat ini menunggu dukungan kaum Muslim di dunia agar bisa selamat dari genosida yang dilakukan pemerintahan Cina.
“Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka berusahalah untuk mengubahnya dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, maka berusahalah untuk mengubahnya dengan mulutnya. Jika dia tidak mampu, maka berusahalah untuk mengubahnya dengan hatinya,” pungkasnya, merujuk dari Hadits Arbain ke-34.[] Zainul Krian