Penakluk Dunia Termuda Wafatnya Ditangisi Oleh Rakyatnya

 Penakluk Dunia Termuda Wafatnya Ditangisi Oleh Rakyatnya

Andai saja Islam adalah agama barbar, tentu tidak akan mungkin nasib para penakluknya begitu melekat dalam hati rakyat yang ditaklukkannya. Lihatlah, bagaimana kisah seorang pemuda belia, yang telah menaklukkan India di usia 17 tahun. Pemuda itu keturunan Yaman, yang disebut oleh Nabi, “Ahl al-Yaman Ahl al-Hikmah.” [penduduk Yaman adalah orang bijak].

Lahir di Thaif, tahun 73 H. Thaif saat itu masih menjadi bagian dari Yaman. Sekarang masuk wilayah Saudi. Dia pindah ke Bashrah, ketika orang tuanya menjadi wali di sana. Dia tumbuh dan besar di kota Wasith, yang merupakan kamp tentara yang menjadi tumpuan dalam peperangan. Dia dilatih ketentaraan dan ketangkasan berkuda. Berbagai seni dan teknik perang telah diajarkan kepadanya, sehingga dia dijadikan oleh al-Hajjaj bin Yusuf at-Tsaqafi sebagai panglima di perbatasan Sind. Umurnya saat itu belum genap 17 tahun.

Ketika Raja Dahir menolak para wanita Muslimah dan perniagaan, sebanyak 18 kapal, kepada Khilafah Bani Umayyah, dengan cara damai, maka al-Hajjaj bin Yusuf menjatuhkan pilihan kepada pemuda belia ini untuk memimpin tentara Islam dalam rangka menaklukkan Sind dan menyebarkan Islam di sana. Misi pun dilakukan dengan baik, kota demi kota ditaklukkan oleh pemuda belia ini dalam rentang dua tahun.

Tahun 92 H, pertempuran antara pasukan kaum Muslim dengan Raja Dahir, penguasa setempat pun pecah. Kemenangan di pihak kaum Muslim. Raja Dahir terbunuh di medan perang. Ibukota Sind jatuh ke tangan kaum Muslim. Penaklukan berlanjut hingga Punjab. Penaklukan berhenti tahun 95 H, ketika mencapai Mulkan. Kini meliputi India dan Pakistan.

Para penganut Hindu dan Budha yang ada tinggal di wilayah itu pun terkesima dengan keadilan, toleransi, dan kemuliaan akhlaknya. Mereka pun jatuh cinta dengan pemuda belia itu dan Islam yang dibawanya. Pemuda beliau ini memang dikenal sangat tawadhu’. Meski dia sebagai panglima, dia sangat hormat kepada tentara yang lebih tua dan hebat, dengan menganggap mereka sebagai orang tuanya. Tidak pernah membuat keputusan, kecuali dengan menyertakan mereka.

Sayangnya, pemuda belia ini wafat di usia muda, saat sedang harum-harumnya. Pemuda ini meninggal dunia di Wasit, Irak. Saat wafatnya, ribuan manusia menyemut untuk memberikan ucapan belasungkawa, menangis dan sedih. Bukan hanya orang Arab yang menangisinya, bahkan penduduk Sind, mulai dari yang Muslim, Hindu, dan Budha pun menangisi kepergiannya. Mereka berderai air mata. Bahkan, orang-orang Hindu menggambarkannya di dinding rumah-rumah mereka agar pribadinya tetap menjadi ingatan. Mereka pun begitu kehilangan sosoknya.

Dialah Muhammad bin al-Qasim at-Tsaqafi, penakluk belia, yang wafat di usia belia, 24 tahun. Pemuda belia, penakluk dunia termuda, yang berhasil menaklukkan India, Pakistan, Bangladesh, dan Kashmir itu ke dalam pangkuan Islam. Kisahnya menggambarkan, betapa Islam adalah agama agung, begitu juga pengembannya. Hatta orang non-Muslim pun meratapi kepergiannya.

Sumber: Ibn Atsir, al-Kamil fi at-Tarikh, Juz IV/19; Ibn Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah, Juz IX/188; Syit Mahmud Khatthab, Qadatu Fath as-Sind wa Afghanistan, hal. 221.[]

Dikutip dari Tabloid Mediaumat Edisi 215

 

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *