Pemilu dalam Demokrasi Tidak Serta-merta Bawa Perubahan
Mediaumat.info – Analis Politik dan Media Hanif Kristianto menyatakan pemilu dalam sistem demokrasi tidak serta-merta membawa sebuah perubahan.
“Nah ini juga kita perlu cermati, bahwa tidak serta-merta pemilu yang ada di dalam sistem demokrasi itu membawa sebuah perubahan,” ujarnya dalam Kabar Petang: Pemilu Bukan Pesta Rakyat? di kanal YouTube Khilafah News, Selasa (20/2/2024).
Menurutnya, pemilu-pemilu di dalam sistem demokrasi itu sekadar mengubah orang satu ke orang yang lain. Atau bahkan orang sebelumnya yang melanjutkan di periode berikutnya.
“Contoh katakan legislatif, bisa juga dalam pemilihan presiden,” ungkapnya.
Perubahan Orang
Hanif menilai, kalau berubah orang itu juga berubah nanti cara pandang, cara pikir, dan juga cara pemilihan-pemilihan khususnya dalam menentukan kebijakan-kebijakan ke depan. Begitu juga dengan kepentingan-kepentingan nanti yang akan diambil yang kaitannya dengan urusan kenegaraan ini.
“Nah makanya, kalau kita pahami secara bersama-sama bahwasannya pemilu pun juga belum bisa memberikan dampak yang positif, terkait dengan menghasilkan perubahan bagi rakyat,” ungkapnya.
Ia mencontohkan kepada pemilu-pemilu yang terjadi sebelum-sebelumnya.
“Pemilu dahulu mungkin lebih tenang, karena dikompasi oleh kekuasaan. Misalnya pada masa Orde Baru. Sehingga yang menjadi presiden, ya Pak Soeharto pada waktu itu. Dan partai penguasa pun Golkar,” terangnya.
Namun, lanjutnya, pasca reformasi ada liberalisasi politik, kemudian muncul banyak partai dan juga partai yang asalnya tiga itu, berpecah-belah menjadi partai-partai kecil dan juga itu pun memunculkan aktor-aktor politik yang baru.
“Nah, sehingga apa perubahan yang ada? Sama saja. Bahkan, justru sekarang ketika ada liberalisasi, politik itu cenderung bebas, liberal,” tegasnya.
Aturan-aturan juga demikian. Bahkan orang-orang yang menjalankan atau duduk di dalam kursi kekuasaan pun juga, kadang-kadang bukan orang yang memiliki kepekaan kepada urusan rakyat, tapi mereka lebih mementingkan kepentingan politik mereka sendiri, kepentingan partainya, kepentingan kelompoknya, bahkan juga kepentingan oligarki.
“Nah, alhasil, kadang-kadang inilah yang membuat dilematis di kehidupan rakyat. Ketika masa pemilu tiba, ingin memilih yang baik, tapi kadang-kadang juga masih pada sistem yang sama. Alhasil apa, kalaupun ada perubahan, itu hanya perubahan yang sedikit, tidak sampai pada perubahan fundamental,” pungkasnya. [] ‘Aziimatul Azka