Mediaumat.info – Fenomena bagi-bagi kue kekuasaan oleh pemenang pemilu curang 2024 kepada pihak-pihak yang seharusnya menjadi oposisi dinilai Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) sebagai buah dari sistem yang semakin liberal.
“Ini buah dari sistem yang makin liberal,” tegasnya dalam diskusi Dagang Sapi Calon Menteri, Kabinet Bagi-Bagi, Ahad (12/5/2024) di kanal YouTube Media Umat.
Menurutnya, ketika politik makin liberal, maka yang bermain adalah mereka yang mempunyai sumber daya-sumber daya finansial yang besar.
Walhasil, jelas UIY, demokrasi itu hanya ditempatkan sebagai alat untuk legitimasi bahwa presiden terpilih itu dipilih oleh rakyat melalui prosedur pemilu.
“Bagaimana prosedur itu ditempuh, jujur atau tidak, adil atau tidak, curang atau tidak. Itu sudah tidak penting lagi, yang penting menang,” paparnya.
UIY menyatakan situasi ini sangat berbahaya. “Karena orang makin yakin dengan ungkapan yang mengatakan bahwa lebih baik menang, meski curang. Ketimbang terhormat, tapi kalah. Nah, hari ini, hal itu dipercaya,” sesalnya.
“Jadi Anda terhormat, tapi kalah. Kami menang, meskipun curang. Toh, kita punya cara untuk melegitimasi kekuasaan yang kita dapatkan,” imbuhnya.
Negara Korporasi
Ismail menjelaskan bahwa negara kita menuju corporate state atau negara korporasi.
“Bukan lagi demokrasi, tapi korporatokrasi. Negara dikuasai oleh persekutuan antara penguasa dan pengusaha, menjadi peng-peng kalau dalam istilahnya Pak Rizal Ramli,” jelasnya.
Akhirnya keputusan politik itu, lanjutnya, dibuat bukan untuk kepentingan rakyat, tapi untuk kepentingan peng-peng tadi.
Ia mencontohkan perubahan UU Minerba 2009 yang semula 380.000 ladang batu bara diprioritaskan untuk negara bagi rakyat. Kemudian diubah dengan kepastian perpanjangan kepada tujuh pemilik PKB2B yang menguasai 380.000 ladang batu bara, dengan potensi lebih dari 13.000 trilliun.
“Jika bukan, untuk kepentingan pengusaha yang telah bersekutu dengan penguasa,” ungkapnya.
UIY mengkhawatirkan negara Indonesia sebenarnya sedang menuju kepada jurang kerusakan yang sangat mengerikan.
“Nanti akan berujung kepada makin menganga ketimpangan, yang mungkin terus membesar,” pungkasnya. [] Nita Savitri
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat