Pemecatan Imam Muslim Inggris, Cerminkan Kepalsuan Kebebasan Berpendapat

Mediaumat.id – Pengamat Politik Internasional Farid Wadjdi menilai pemecatan Imam Muslim Qari Asim oleh pemerintah Inggris karena mengomentari film The Lady of Heaven mencerminkan kepalsuan dari ideologi kapitalisme yang menjamin kebebasan berpendapat.

“Apa yang dilakukan Inggris ini mencerminkan kepalsuan dari ideologi kapitalisme. Di satu sisi ideologi kapitalisme menjamin kebebasan berpendapat tapi di sisi lain ketika ada seorang imam yang mengkritik film, kalau dari kaca mata kapitalisme juga sebenarnya merupakan bagian dari kebebasan berpendapat. Itu kemudian dianggap sebagai suatu tindakan yang salah atau tindakan yang menyebabkan pemecatan,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Ahad (12/6/2022).

Ia juga menilai, penghinaan tersebut mencerminkan kebusukan dan kepalsuan ideologi kapitalisme. Karena, menurutnya ideologi kapitalisme dengan prinsip liberalismenya tidak bisa membedakan atau pura-pura tidak bisa membedakan penghinaan terhadap Rasulullah SAW yang dianggap mulia oleh umat Islam.

“Kebebasan berpendapat itu kemudian diidentikkan juga dengan kebebasan penghinaan terhadap sosok mulia Rasulullah SAW, di sinilah kebobrokan dari ideologi liberalisme,” ungkap Farid.

Karena itu, hari anti-islamofobia yang telah ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yakni 15 Maret hanyalah sebuah kebohongan belaka. Padahal, imam masjid tersebut adalah penasihat pemerintah terkait dengan islamofobia.

“Film ini mencerminkan islamofobia, penghinaan terhadap Islam yang muncul dari islamofobia, ketakutan-ketakutan yang dibuat-buat terhadap ajaran Islam yang mulia,” tegasnya.

Farid menegaskan, apa yang terjadi di Inggris sesungguhnya merupakan pertarungan peradaban, antara Islam dan kapitalisme, antara kebenaran dan kebatilan.

Kebatilan ini, menurut Farid, akan dihentikan jika kebenaran itu muncul. Karena itu, Islam harus muncul sebagai kekuatan politik bukan hanya pada level lokal, namun kekuatan politik pada level internasional.

“Di sinilah relevansinya kenapa umat Islam membutuhkan khilafah ala minhaajin nubuwwah yang akan menjadi kekuatan global yang menentukan di dunia dan memberikan pengaruh sebagaimana yang pernah terjadi di masa kekhilafahan,” jelasnya.

Sebagaimana dulu di zaman Khalifah Sultan Abdul Hamid II memanggil kemudian mengancam konsulat Inggris dan Prancis agar menghentikan pemanggungan drama yang menghina Rasulullah SAW.

“Itu kemudian membuat drama itu dihentikan, dan inilah yang bisa menghentikan kebatilan itu yaitu dengan kekuatan global di bawah naungan khilafah ala minhaajin nubuwwah,” pungkasnya.[] Ade Sunandar

Share artikel ini: