Pembicaraan Subordinat Turki dengan Entitas Yahudi di Azerbaijan

 Pembicaraan Subordinat Turki dengan Entitas Yahudi di Azerbaijan

Pertemuan teknis pertama antara Turki dan entitas Yahudi diadakan di Azerbaijan minggu lalu untuk membahas mekanisme de-konflik yang disepakati antara kedua negara, yang bertujuan untuk mencegah insiden yang tidak diinginkan di Suriah. Pembicaraan ini merupakan awal dari upaya membangun saluran komunikasi untuk menghindari potensi bentrokan atau kesalahpahaman mengenai operasi kedua negara di kawasan tersebut.

Kantor Perdana Menteri entitas Yahudi Benjamin Netanyahu mengonfirmasi bahwa delegasi yang dipimpin oleh Penasihat Keamanan Nasionalnya, Tzachi Hanegbi, bertemu dengan pejabat Turki di Azerbaijan. Hanegbi menjelaskan, “Kami sepakat dengan Turki untuk melanjutkan dialog guna menjaga stabilitas keamanan.” Seorang pejabat entitas Yahudi mengatakan kepada situs berita Amerika Axios: “Sebuah sistem koordinasi akan dibangun antara kedua negara, mirip dengan sistem yang diterapkan Rusia saat berada di Suriah.” Sementara Menteri Luar Negeri Turki mengatakan bahwa negaranya sedang mengadakan pembicaraan teknis dengan entitas Yahudi untuk mengurangi ketegangan di wilayah Suriah bila diperlukan.

Presiden AS Donald Trump memuji presiden Turki, dengan mengatakan bahwa ia memiliki “hubungan baik dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.” Ia menambahkan, “Saya memiliki hubungan yang baik dengan seorang pria bernama Erdogan,” dan melanjutkan, “Ia adalah pria yang sangat tangguh dan cerdas.”

**** **** ****

Pembicaraan Turki dengan entitas Yahudi ini terjadi setelah ketegangan meletus antara kedua negara, akibat penghancuran total bandara T4 dan Hama di Suriah tengah oleh jet tempur Israel menyusul upaya Turki membangun pangkalan militer di sana.

Jelaslah bahwa pernyataan Trump tersebut di atas muncul dalam konteks menenangkan situasi dan menenangkan atmosfer guna mengendalikan situasi antara kedua negara, mencegah bentrokan di antara mereka, dan mencegah bentrokan di masa mendatang antara pasukan mereka di Suriah.

Pembicaraan teknis antara kedua negara ini tidak akan terjadi tanpa campur tangan cepat Amerika Serikat, yang memaksa kedua pihak untuk memulai negosiasi dari Azerbaijan sesuai dengan permintaan Amerika.

Negosiasi antara kedua negara ini dilakukan di bawah pengawasan penuh AS dan didasarkan pada pengaruh bersama dan wilayah udara bersama antara kedua negara, terutama setelah penarikan sebagian besar pasukan Rusia dari Suriah.

Melalui negosiasi ini, entitas Yahudi berupaya mengonsolidasikan pengaruh absolutnya di Suriah selatan, sementara Turki berupaya memperluas pengaruhnya ke Suriah utara dan tengah. Ketika perselisihan timbul antara kedua negara, pemerintah Amerika turun tangan dan memisahkan mereka.

Demikianlah, dimulainya perundingan ini, Turki menerima untuk sekadar menjadi pemain regional kecil, menerima kehadiran entitas Yahudi di wilayahnya di Suriah, dan menerima Amerika memainkan peran sebagai panglima tertinggi di Suriah dan kawasan.

Jika Turki menjalankan aktivitas politiknya dari perspektif politik Islam, maka ia tidak akan pernah menerima perintah Amerika ini, dan ia juga tidak akan menerima konsolidasi pengaruh entitas Yahudi di Suriah.

Alasan di balik kehinaan dan kemunduran yang nyata, yang dipertontonkan oleh para pemimpin Turki ini adalah karena afiliasi para penguasanya dengan NATO dan integrasi negara Turki ke dalam kebijakan intimidasi Amerika. [] Ahmad Khatwani

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 14/4/2025.

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *