Pembebasan Dimulai dengan Pembebasan dari Belenggu Nasionalisme
Kenyataan yang menyakitkan, keterasingan yang pahit, dan keadaan darurat yang memuakkan yang terjadi di negeri-negeri Islam adalah sesuatu yang ditolak secara agama dan merupakan dosa besar yang harus disesali oleh umat ini. Sehingga umat harus menebusnya dan membebaskannya dengan cara berjuang bersama orang-orang yang menginginkan perubahan radikal atas dasar Islam dan membangun negara Islam. Ingat, bahwa masalah pembebasan Palestina melalui jihad adalah masalah umat secara keseluruhan, khususnya para prajurit dan militernya, ini bukan masalah partisan atau nasional, sekali pun umat dipimpin oleh sebuah partai. Inilah kewajiban umat saat ini, sebab merekalah yang menjadi obyek hukum. Allah SWT berfirman:
﴿قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ﴾
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (TQS. At-Taubah [9] : 24).
Kendatipun kaum Muslim dibebani dengan berbagai pembatasan dan belenggu yang ditimpakan oleh paham nasionalisme, namun umat yang subur ini dengan akidah Islam mampu melahirkan pemimpin tentara sekaliber Shalahuddin al-Ayyubi rahimahullah, yang asal usulnya dari suku Kurdi dan tanah airnya di Syam, tidak menghalanginya untuk menempuh jalan yang syar’iy menuju Al-Quds (Yerusalem), bahkan keimanannya bahwa seluruh tanah air umat Islam akan terbebaskan di bawah panji Al-Qur’an yang menjadi kekuatannya untuk mengirim tentara dari Suriah ke Mesir. Mengapa dia tidak pergi ke Palestina, padahal Palestina lebih dekat baginya daripada Mesir? Jawabannya, karena Mesir adalah pihak yang memecah belah kekuatan kaum Muslim, sehingga menyebabkan kaum Muslim menjadi lemah, seperi halnya yang terjadi saat ini dengan negara-negara kecil yang ada di negeri-negeri kaum Muslim, maka tentara harus melewatinya untuk melenyapkan negara Fatimiyah terlebih dahulu sebelum menuju tanah yang diberkahi, Palestina. Demikianlah yang dilakukannya, ketika dia berhasil menghancurkan negara Fatimiyah dan menggabungkan Mesir ke dalam wilayah Khilafah, baru kemudian pasukannya bergerak menuju Palestina dan pembebasan pun terjadi. Begitulah yang seharusnya dilakukan dalam rangka mewujudkan janji tegaknya kembali Khilafah di fase terakhir, yang akan menyatukan umat dan membebaskan seluruh negeri kaum Muslim yang diduduki, khususnya tanah yang diberkahi, Palestina. []
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat