Mediaumat.info – Rencana Institut Teknologi Bandung (ITB) yang akan menerapkan sistem pinjaman online (pinjol) dengan memberikan pinjaman Rp12,5 juta dalam pembayaran rentang waktu 12 bulan, dinilai sebagai bukti cerminan biaya dunia pendidikan di negeri ini sangat tinggi.
“Apa yang terjadi ITB merupakan cerminan dunia pendidikan tinggi di negeri ini makin melangit hingga menjangkaunya pun sulit,” kata Direkrutur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana dalam video Pembayaran UKT Lewat Pinjol | Penjajahan Financial? di kanal YouTube Justice Monitor, Jumat (2/2/2024).
Memang, jelas Agung, sebenarnya ada sebagian mahasiswa yang mampu membayar UKT di level bawah tetapi jumlahnya terbatas. “Padahal masih banyak yang kesulitan membayar uang kuliah,” bebernya.
Akibat mahalnya biaya pendidikan sangat tinggi, ujarnya, sedikit penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi.
“Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) pada Juni 2022, hanya 6,41% yang sudah mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi,” jelasnya.
Kendala dari minimnya penduduk yang berpendidikan tinggi, tuturnya, menunjukkan bahwa akses terhadap pendidikan tinggi sangat sulit dan sulitnya akses pendidikan disebabkan oleh kapitalisasi pendidikan.
“Yang menjadikan pendidikan sebagai komoditas ekonomi sehingga menjadi mahal, penyelenggaraan pendidikan tinggi diposisikan sebagai bisnis yang bertujuan meraih keuntungan bukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan,” ujarnya.
Miris sekali, kata Agung, kapitalisasi pendidikan tidak hanya terjadi di kampus swasta melainkan juga di kampus negeri.
“Pemerintah juga bukan tidak tahu dengan kondisi ini, bahkan sudah membuat kebijakan sebagai solusi, namun alih-alih memberi solusi kebijakan pemerintah justru melanggengkan praktik pendidikan mahal ini,” tegasnya.
Aturan UKT yang memberatkan, kata Agung mencontohkan, tidak dihapuskan oleh pemerintah tetapi hanya ditambal sulam.
“Proses pengajuan peringanan UKT pun tidak mudah dan tidak banyak dikabulkan sehingga UKT tetap saja mahal, semoga ini menyadarkan kita bahwa kampus kita, perguruan tinggi kita, sedang tidak baik-baik saja,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi