Oleh: Lalang Darma (Direktur IIJ)
Israel, sejak berdiri sebagai negara Yahudi tahun 1948, telah merebut 85 persen tanah Palestina di Tepi Barat. Data ini diumumkan Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS) pada peringatan 45 tahun Hari Tanah (Land Day) Palestina, kemarin (30/3/2021).
Sejak Khilafah Utsmaniyah runtuh tahun 1924, bumi Palestina jatuh ke tangan Zionis Yahudi tanpa mereka harus mengeluarkan uang sepeser pun. Zionis Yahudi berhasil mendirikan entitas negaranya pada tahun 1948 dengan menduduki 77% tanah Palestina dan setelah mengusir 2/3 (dua pertiga) rakyat Palestina dari tanah mereka. Yang tersisa tinggal 156 ribu jiwa (17%) dari total warga entitas Israel saat didirikan. Itu pun mereka seperti warga asing di tanah mereka sendiri.
Sejak pendudukan itu, menurut Dr. Ibrahim Abu Jabir, sebanyak 478 desa dilumatkan dari total 585 desa yang ada di wilayah Palestina 1948. Akibatnya, sebanyak 804 ribu orang Palestina hijrah ke luar wilayah terjajah 1948. Sebanyak 30 ribu orang lainnya diusir dari tanah mereka ke daerah-daerah lain.
Di bawah pendudukan dan kekejaman Israel sang penjajah, penderitaan adalah hal yang sudah sangat ‘akrab’ dengan bangsa Palestina. Sejak pendudukan Israel tahun 1948, sudah ribuan orang Palestina tewas dibantai; puluhan ribu luka-luka dan cedera bahkan cacat, ratusan ribu kehilangan rumah, tempat tinggal dan pekerjaan; ribuan wanita dilecehkan kehormatannya bahkan diperkosa; ribuan anak-anak menjadi yatim-piatu.
Sejak pendudukan Israel tahun 1948, menurut Uri Milstein, pakar ternama sejarah militer Israel, setiap penyerangan Israel berakhir dengan pembantaian massal warga Arab.
Pada tahun pertama pendudukan saja telah terjadi sejumlah pembantaian keji di antaranya:
1. Pembantaian di Desa Sa’sa’, 14 Februari 1938: 20 rumah warga hancur dan 60 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak tewas.
2. Peledakan Dua Bom di Pasar, 25 Juli tahun 1938: 62 warga Palestina tewas
dan ratusan orang lainnya luka-luka.
3. Peledakan di Hotel Malik Daud, 12 Juli 1946: lebih dari 200 warga Palestina tewas.
4. Pembantaian King David, 1946: 92 orang terbunuh dan 45 orang terluka parah.
5. Pembantaian Baldat Al-Shaikh, 1947: 60 tewas.
6. Pembantaian Yehida, 1947: 13 tewas.
7. Pembantaian Khisas, 1947: 10 tewas.
8. Pembantaian Qazaza, 1947: 5 anak-anak tewas.
9. Pembantaian di Desa Husainiyah, 13 Maret 1948: ratusan rumah warga dihancurkan dan 60 warga desa itu dibunuh massal.
10. Peledakan Kereta Api, 31 Maret 1948: 40 penumpang tewas dan 60 lainnya menderita luka-luka serius. Empat hari sebelumnya, insiden serupa terjadi di kawasan yang sama; 24 warga Palestina tewas dan 61 lainnya cedera.
11. Pembantaian di Haifa, 22 April 1948, menjelang peresmian pendirian negara illegal Israel: 500 warga Palestina terbunuh dan 200 lainnya luka-luka; ratusan lainnya lari, namun tentara Zionis berhasil mengejar mereka sekaligus membunuh 100 orang serta melukai 200 lainnya.
12. Pembantaian Hotel Semirami, 1948: 19 tewas.
13. Pembantaian Naser al-Din, 1948: seluruh penduduk dibantai, hanya 40 orang yang berhasil lolos, dan desa tersebut terhapus dari peta.
14. Pembantaian Tantura, 1948: 200 tewas.
15. Pembantaian Mesjid Dahmash, 1948: 100 tewas; 60.000 orang Palestina keluar dari negerinya dan 350 orang lebih tewas dalam perjalanan karena keadaan kesehatan yang parah.
16. Pembantaian Dawayma, 28 Oktober 1948: 75 orang di masjid yang sedang shalat tewas; 35 keluarga lainnya dibunuh.
17. Pembantaian Houla, 1948: 85 tewas; sebagian besar warga yang merasa takut melarikan diri ke Beirut; dari 12.000 penduduk asli Houla, hanya 1200 orang yang tersisa.
18. Pembantaian Salha, 1948: 105 tewas; setelah penduduk suatu desa dipaksa masuk ke mesjid, orang-orang tersebut dibakar hingga tak seorang pun yang tersisa hidup-hidup.
19. Pembantaian Deir Yassin, 1948: 254 tewas. Penyelidikan Palang Merah dan PBB yang dilakukan berturut-turut di tempat kejadian menunjukkan bahwa rumah-rumah penduduk pertama-tama dibakar lalu semua orang yang mencoba melarikan diri dari api ditembak mati. Selama serangan ini wanita-wanita hamil dicabik perutnya dengan bayonet, hidup-hidup. Anggota tubuh korban dipotong-potong, lalu anak-anak dihantam dan diperkosa. Selama pembantaian Deir Yassin, 52 orang anak-anak disayat-sayat tubuhnya di depan mata ibunya, lalu mereka dibunuh sedang kepalanya dipenggal. Lebih dari 60 orang wanita terbunuh lalu tubuh-tubuh mereka dipotong-potong.
Selama penyerangan, 280 orang Islam, di antara mereka wanita dan anak-anak, mula-mula diarak di sepanjang jalan, lalu ditembak seperti menjalani hukuman mati. Sebagian besar wanita yang masih remaja diperkosa sebelum ditembak mati, sedangkan remaja pria dikebiri kemaluannya.
Menachem Begin, yang di kemudian hari menjadi perdana menteri Israel, menggambarkan operasi biadab dan brutal ini dalam kata-kata, “Pembantaian ini tidak hanya bisa dibenarkan. Justru tidak akan ada negara Israel tanpa ‘kemenangan’ di Deir Yassin!”
Israel Eldad, seorang pemimpin Zionis yang terkenal, juga menyatakan hal ini secara terbuka, “Jika tidak ada Deir Yassin, setengah juta orang Arab akan tetap tinggal di negara Israel (pada tahun 1948). Negara Israel tidak akan pernah ada!”
Para Zionis menganggap pembersihan etnis seperti ini sebagai hal teramat penting untuk mendirikan negara Israel.
Selain sejumlah pembantaian di atas, masih ada berbagai pembantaian lain di antaranya: Pembantaian di Qibya, 1953 (96 tewas); Pembantaian Kafr Qasem, 1956 (49 tewas); Pembantaian Khan Yunis, 1956 (275 tewas); Pembantaian di Kota Gaza, 1956 (60 tewas); Pembantaian di “Tel Za’ter”, 12 Agustus 1976 (3000 warga sipil Palestina dibunuh); Pembantaian Fakhani, 1981 (150 tewas, 600 luka-luka); Pembantaian Sabra dan Shatilla, 17 September 1982 (3300 orang telah terbunuh hanya dalam waktu 40 jam); Pembantaian di Mesjid Al-Aqsa, 8 Oktober 1990 (20 syahid dan puluhan orang lainnya luka-luka); Pembantaian di Masjid Ibrahimi, 1994 (50 tewas, 300 orang luka-luka); Pembantaian Qana, 1996 (109 tewas); Pembantaian di Jenin, 3 April 2002 (ratusan warga gugur syahid, ratusan lainnya menderita luka-luka, dan sekitar 5.000 warga kehilangan tempat tinggal).
Di luar itu, sejak 1967 kelompok Zionis Radikal telah menyerang Masjid al-Aqsa lebih dari 100 kali, dan dalam melakukan penyerangan itu, telah membunuh banyak orang Islam selama ibadah shalat mereka.
Terakhir, sebelum terjadi revolusi di Mesir yang menumbangkan Mubarak, lebih dua tahun penduduk Gaza menderita akibat blokade Israel. Perbuatan semena-mena tersebut mengakibatkan terputusnya pasokan pangan dan obat-obatan dari luar. Israel juga memperketat penjagaan perbatasan. Israel bahkan menghancurkan Terowongan Gaza yang menyuplai kebutuhan pangan penduduk Gaza. Israel benar-benar menghendaki kematian perlahan bagi penduduk Gaza.[]