Pemasukan dan Pengeluaran Pajak di Indonesia Bocor
Mediaumat.id – Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan menyoroti kebocoran pengeluaran dan pemasukan pajak di Indonesia.
“Kalau kita lihat bahwa di satu sisi pajak itu adalah penerimaan untuk di dalam APBN, dan di lain sisi adalah ada pengeluaran. Masalah di Indonesia ini sekarang ini adalah dua-duanya terindikasi bocor. Dari penerimaan terindikasi bocor dari pengeluaran juga terindikasi bocor. Nah ini yang harus disoroti,” ujarnya dalam Diskusi Online: Rakyat Dipajakin, Duitnya Dikorupsiin, Ahad (5/3/2023) di kanal YouTube Media Umat.
Karena, ungkap Anthony, dampak kebocoran-kebocoran ini akan dirasakan masyarakat. “Yaitu misalnya uang sekolah. Uang-uang sekolah tidak bisa lagi memberikan subsidi, dan sebagainya kepada sekolah, atau sangat terbatas. Dan juga kesehatan BPJS misalnya, sekarang siapa yang dibebani ya, sekarang semua rakyat lagi beban BPJS, dinaikkan dan seterusnya,” bebernya.
Kasus subsidi BBM, subsidi listrik, dan lain-lain, menurutnya, semua ini luar biasa sekali dampaknya terhadap masyarakat, yaitu kemiskinan itu di era Jokowi ini hanya turun 1,35 persen atau 1,39 persen. Jadi ini menunjukkan kegagalan di dalam kebijakan fiskal, khususnya adalah menangani penerimaan pajak.
“Kita lihat penerimaan pajak kita ini hanya sekitar 10,4% pada akhir 2022 ini. 10,4% ini, ini sudah dibantu dengan kenaikan apa namanya PPN kenaikan dari harga komoditas dan seterusnya. Tanpa itu, rasio pajak kita itu sudah dibawah 10%,” jelasnya secara rinci.
Pada Tahun 2016-2017, sebutnya, ada tax amnesty, yaitu menjanjikan bahwa rasio pajak bisa naik menjadi 14,6%, artinya kurang lebih ada selisih empat setengah persen dengan yang sekarang. “Apakah ini dianggap sebagai kebocoran? 4,5% dengan APBN, dengan PDB hampir 20.000 itu sudah sekitar 900 triliun,” sarkasnya.
Ia juga meminta publik untuk membayangkan jika Indonesia bisa mencapai 14,6% rasio pajak, maka akan ada tambahan 900 triliun, maka Indonesia tidak perlu utang sampai sedemikian banyak, dan bunga-bunga utang bisa untuk rakyat miskin lagi.[] Wafi