Pada 17 Ramadhan 1443 H, Masjid Al Azhar mengadakan Ihtifal Bighazwah Badr al-Kubra, yaitu satu acara dalam rangka memperingati momen Perang Badar Kubra. Salah satu muhadhir dalam acara tersebut adalah al-‘Allamah al-Muhaddits Prof. Dr. Ahmad Ma’bid Abdul Karim hafizhahullahu. Dalam penjelasannya, beliau menjelaskan bahwa diantara pelajaran penting dari Perang Badar adalah:
1. Pembentukan individu mukmin dengan akidah yang kokoh. Akidah yang hanya menyandarkan semuanya kepada Allah. Allah sebagai satu-satunya tempat bersandar dan memohon pertolongan. Sementara akidahnya orang-orang kafir Quraisy adalah “aqidah al-ghurur”, yaitu akidah kesombongan, kecongkakan dan arogansi. Mereka arogan karena memiliki semuanya (jumlah dan kekuatan), kecuali keyakinan pada Zat Yang Maha Perkasa.
2. Kekuatan doa, khususnya janji dikabulkanya doa di bulan Ramadhan. Rasulullah dan para shahabat memanjatkan doa dengan penuh harap. Harapan akan kemenangan kaum muslimin dan kekalahan orang kafir. Karena ini adalah pertaruhan hak melawan kebatilan. Kekuatan doa itulah yang dijawab dengan pertolongan Allah atas pasukan kaum muslimin.
Saya perlu tambahkan bahwa Ramadhan kita sekarang semestinya jadi momen mengokohkan akidah yang shahih, yakni keyakinan bahwa tidak ada kekuatan apapun selain Allah. Allah sajalah tempat menggantungkan segala harap.
Pada bulan ini pula, apalagi di 10 hari terakhir Ramadhan, adalah momen memanjatkan doa. Panah-panah doa itu akan melesat dan menembus segala penghalang.
Kita semua punya cita, harap, masalah, hingga air mata kesedihan. Semua seharusnya hanya kita panjatkan kepada Allah. Kita menjadi mulia karena mengadu kepada Allah saja. Sebaliknya, kita menjadi hina saat mengadu kepada sesama hamba.
Dalam doa-doa yang kita panjatkan, jangan lupa doa untuk kemuliaan dan kemenangan Islam dan kaum muslimin, pembebasan masjid Al Aqsa, serta kehancuran semua kekuatan dan arogansi kekafiran.
Kairo, 21 Ramadhan 1443 H
Yuana Ryan Tresna