Mediaumat.id – Menanggapi perobekan Al-Qur’an di depan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Belanda oleh pemimpin Patriotic Europeans Against the Islamization of West (Pegida) Edwin Wagensveld, Pengamat Politik Internasional Budi Mulyana mengatakan itu merupakan bentuk kebencian terhadap Islam.
“Apa yang dilakukan itu merupakan kebencian terhadap Islam dan kitab sucinya,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Kamis (06/10/2023).
Kejadian itu merupakan yang kesekian kalinya di Eropa. Walau dilakukan sebagian kecil orang, namun, Budi Mulyana mengatakan pembiaran bahkan perlindungan dari aparat di sana menunjukkan bahwa memang mereka setuju dengan tindakan tersebut. “Mereka melakukan dengan bebas dan berani karena dibiarkan oleh aparat,” ujarnya.
Walau mereka melakukan aksi semacam itu dengan berlindung di balik slogan hak asasi manusia (HAM) dan kebebasan berekspresi, namun hal itu, menurut Budi, menunjukkan hipokritnya apa yang mereka slogankan yaitu HAM dan kebebasan.
Menurut Budi, tidak adanya perlawanan yang berarti dari umat Islam, atau pemimpin negeri-negeri Muslim tempat aksi tersebut dilakukan membuat para pelaku semakin leluasa melakukan aksinya. Mereka melihat lemahnya sikap umat Islam dan pemimpinnya.
Para pemimpin negeri-negeri Muslim saat ini, ungkap Budi, tak ubahnya adalah boneka dari Barat. Mereka berkuasa atas restu dan kehendak Barat. Tidak ada tindakan yang berarti dari mereka dalam pembelaan terhadap Islam dan kaum Muslim menjadi bukti jelas akan posisi mereka.
“Tidak ada iman yang terhujam dalam dada mereka ketika mereka berkuasa. Mereka berkuasa hanya karena kepentingan pribadi, kelompok dan Barat,” tutupnya.[] Rasman