Mediaumat.news – Melesetnya tenggat waktu untuk menarik pasukan Amerika dari Afghanistan pada 1 Mei mendatang dinilai Pengamat Politik Internasional Farid Wadjdi karena rezim boneka Amerika belum mampu menghadapi kelompok-kelompok perlawanan di sana.
“Ketika Amerika mengkhawatirkan adanya konflik horizontal itu sebenarnya bukan karena kebaikan Amerika, tapi harus dibaca bahwa Amerika tidak yakin kalau dia keluar dari Afghanistan pemerintahan bonekanya itu bisa menghadapi kelompok-kelompok perlawanan,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Jumat (19/3/2021).
Farid menilai, Amerika tidak bisa memastikan kalau dia keluar dari Afghanistan, pemerintahan boneka yang dia bentuk itu akan bisa menghadapi kelompok-kelompok perlawanan. “Sebenarnya intinya itu. Jika pemerintahan boneka yang dibentuk oleh AS itu bisa mengatasi kelompok-kelompok perlawanan maka Amerika tidak akan berlama-lama di Afghanistan atau mengurangi keberadaan pasukannya sampai pada jumlah yang sangat minimalis. Paling tidak untuk mendukung pemerintahan boneka di sana,” ujarnya.
Menurutnya, apa yang terjadi di Afghanistan sesungguhnya menunjukkan kebingungan Amerika untuk melakukan exit strategy dari Perang Afghanistan. “Bertahan di Afghanistan itu akan menyedot kemampuan ekonomi maupun kemampuan militer AS yang sangat besar karena sampai sekarang perlawanan di Afghanistan masih terus berlangsung walaupun intensitasnya itu naik turun,” ungkapnya.
Sementara kalau Amerika meninggalkan Afghanistan, Farid menilai, tidak kepastian bahwa Amerika benar-benar mampu mengendalikan Afghanistan. “Ini juga tentu akan merugikan AS. Karena itulah ini bagian dari exit strategy AS. Tidak bisa meninggalkan sama sekali namun untuk bertahan penuh juga AS akan mengalami kesulitan. Maka untuk bisa memiliki alasan berada di Afghanistan, AS berusaha mencari-cari dalih antara lain akan terjadi konflik horizontal di Afghanistan kalau Amerika luar dari Afghanistan,” tandasnya.
Oleh sebab itu, menurutnya, apa yang dilakukan oleh Amerika tidaklah mencerminkan kebaikan Amerika karena justru Amerikalah yang selama ini memicu konflik horizontal antara elemen-elemen masyarakat di Afghanistan agar kemudian Amerika bisa mengendalikan di Afghanistan.
“Kita tahu ini adalah strategi klasik dari penjajah yaitu adu domba dan menimbulkan konflik horizontal sebagaimana yang mereka lakukan di Irak atau yang mereka lakukan di Yaman. Jadi justru sesungguhnya potensi konflik horizontal itu sengaja dibangun oleh Amerika agar Amerika punya alasan untuk bertahan di Afghanistan ketika Amerika melihat kepentingannya belum terjamin kalau Amerika keluar dari Afghanistan,” tegasnya.
Ia menilai apa yang terjadi di Afghanistan ini menunjukkan kepada dunia kegagalan Amerika untuk menyelesaikan persoalan-persoalan konflik di dunia dan sekaligus merupakan kegagalan sistem global kapitalisme yang dipimpin oleh Amerika karena justru Amerikalah yang menjadi sumber konflik di berbagai kawasan dunia termasuk Afghanistan.
“Karena itu, Amerika tidak bisa diharapkan untuk menyelesaikan konflik di dunia termasuk Afghanistan ketika Amerika sendiri merupakan sumber masalahnya,” ujarnya.
Menurutnya, solusi untuk penyelesaian konflik yang ada di Timur Tengah maupun di Afghanistan adalah keluarnya kekuatan-kekuatan Barat yang selama ini melakukan intervensi dan mengendalikan politik di sana.
“Keluar di sana dan serahkan masyarakat Timur Tengah maupun Afghanistan menyelesaikan persoalan mereka sendiri berdasarkan keyakinan mereka sendiri yang sudah mengakar yaitu Islam. Dan ini yang akan menyelesaikan persoalan. Itulah yang menjadi solusi berbagai krisis yang ada di Timur Tengah termasuk di Afghanistan,” bebernya.
Untuk itu, ia berharap agar kekuatan Islam bersatu dan mengetahui dengan persis bahwa Amerika berupaya mengadu domba kelompok-kelompok atau kekuatan-kekuatan Islam di sana. “Kelompok Islam ini harus menolak sama sekali bantuan Amerika atau bantuan kelompok-kelompok yang didukung oleh Amerika atau bantuan dari negara-negara yang di belakangnya ada Amerika seperti Iran arau Pakistan atau Saudi,” ujarnya.
Selain itu, menurutnya, yang harus dilakukan kekuatan politik Islam di Afghanistan adalah membangun sistem kenegaraan atau sistem politik yang didasarkan kepada Islam. “Kedaulatan ada di tangan hukum syara’ dan keamanan ada di tangan kaum Muslimin sehingga urusan-urusan masyarakat bisa diselesaikan dengan Islam dan peluang intervensi tertutup. Karena yang menjadi masalah di negeri Islam adalah dua hal yakni aturan-aturan yang diterapkan bukan aturan Islam dan campur tangan atau intervensi negara-negara Barat atas urusan-urusan kaum Muslimin di negeri-negeri mereka,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it