Para Penjajah Menggunakan Uzbekistan dalam Masalah Afghanistan

 Para Penjajah Menggunakan Uzbekistan dalam Masalah Afghanistan

Salah satu topik yang paling banyak dibicarakan di dunia saat ini adalah peristiwa di Afghanistan. Menurut informasi terakhir, pada 15 Agustus, delegasi Taliban mengadakan pembicaraan dengan pejabat pemerintah di istana presiden di Kabul, yang disiarkan oleh saluran satelit Al Arabiya.

Selain itu, kantor kepresidenan mengatakan bahwa Ashraf Ghani berkonsultasi dengan utusan khusus Amerika Serikat dan NATO mengenai situasi saat ini. Menurut berbagai sumber, kepala kantor politik Taliban di Qatar, Mullah Abdul Ghani Baradar, saat ini berada di ibu kota, Kabul, dan kemungkinan akan mengambil alih kekuasaan.

Sebelumnya, Pejabat Menteri Dalam Negeri Afghanistan Abdul Sattar mengatakan kepada TOLO News bahwa “Kabul tidak akan diserang dan kekuasaan akan dialihkan secara damai.” Abdul Sattar juga mengumumkan pengunduran diri Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dalam waktu dekat.

Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa kekuasaan di Afghanistan telah sepenuhnya jatuh ke tangan Taliban. Namun, kekuasaan yang merupakan campuran Islam dan sekularisme ini tidak diperbolehkan secara hukum dan tidak dapat diterima, sehingga ini mirip dengan deklarasi ISIS.

Artinya, melalui deklarasi Khilafah palsu oleh ISIS, Amerika mencoba menjauhkan kaum Muslim dari kecintaan mereka pada Islam dan sampainya Islam pada kekuasaan, seolah-olah Amerika mengatakan kepada kaum Muslim: “Inilah kekuasaan Islam, apakah Anda menginginkannya?” Sekarang tampaknya, Amerika juga tengah berusaha untuk meraih tujuan yang sama dengan Taliban. Namun ini tidak berarti bahwa Afghanistan sama sekali tidak memiliki pengaruh Amerika, mengingat Amerika keluar melalui pintu depan dan masuk melalui pintu belakang. Sebab, di satu sisi, pintu belakang dijaga oleh antek-antek Amerika di Pakistan, Turki dan Iran. Sedang di sisi lain dijaga oleh loyalis Amerika yang berperan besar dalam mempertahankan pengaruh Amerika di Afghanistan.

Amerika Serikat berusaha menggunakan negara-negara Asia Tengah, khususnya Uzbekistan, dalam masalah Afghanistan. Menanggapi hal itu, pemerintah Uzbekistan tengah melakukan segala daya untuk melayani Amerika dan memainkan peran utama di wilayah tersebut. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Uzbekistan Abdul Aziz Kamilov yang pro-Barat. Diwawancarai oleh koresponden ThisisAmericaTV Dennis Wali sebelum dia melakukan perjalanan ke Amerika Serikat pada akhir Juni, Kamilov menggambarkan pemerintah Mirziyoyev sebagai negara pertama yang menjalin kontak langsung dengan para pemimpin Taliban selama percakapan tersebut. Menanggapi pertanyaan wartawan: Apakah Anda menganggap Taliban sebagai gerakan teroris? “Secara pribadi, saya rasa tidak,” jawab Kamilov. Kamilov menunjukkan sebagai bukti bahwa Taliban tidak melakukan serangan teroris di wilayah negara asing mana pun dalam 40 tahun, dan bahwa Amerika Serikat sedang bernegosiasi dengan Taliban.

Juga, pada 11 Agustus, delegasi dari Turkmenistan, Uzbekistan dan Federasi Rusia mengadakan pembicaraan di Qatar dengan kepala Komite Politik Taliban, menurut apa yang disiarkan oleh “Pars Today”. Seorang juru bicara Taliban mengatakan kepada wartawan bahwa salah satu pemimpin gerakan itu, Mullah Abdul Ghani Baradar, bertemu di Qatar dengan Wakil Menteri Luar Negeri Turkmenistan Viba Khojayev dan utusan khusus Presiden Uzbekistan untuk Afghanistan Ismatullah Irqasev. Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak membahas situasi di Afghanistan. Pada 13 Agustus, Shabiya Mantou, juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), mendesak tetangga Afghanistan untuk tidak menutup perbatasan mereka. “Sejak awal tahun, sekitar 400.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka,” katanya. Dari sudut pandang ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Amerika Serikat ingin menggunakan Uzbekistan dalam masalah Afghanistan dan memberikannya peran tertentu di Afghanistan.

Rusia juga berusaha memanfaatkan situasi di Afghanistan untuk mempertahankan pengaruhnya di Asia Tengah, khususnya di Uzbekistan. Misalnya, Moskow telah menyatakan bahwa mereka memelihara kontak rutin dengan Tashkent mengenai situasi di Afghanistan dan siap membantu jika pemerintah Uzbekistan memintanya.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko mengatakan kepada RIA Novosti pada 22 Juli: “Kami terus berhubungan dengan rekan-rekan Uzbekistan kami. Uzbekistan adalah sekutu dan mitra strategis kami, yang berbagi perbatasan bersama dengan Republik Islam Afghanistan. Kami siap memberikan tambahan bantuan kepada teman kita, jika perlu, berdasarkan permintaan pimpinan Uzbekistan.” Kemudian, dari 30 Juli hingga 10 Agustus, telah berlangsung latihan bersama tentara Uzbekistan dan Rusia yang diadakan di tempat pelatihan di Termez. Jelaslah bahwa Rusia menggunakan potensi ancaman dari Taliban sebagai alasan dengan mengklaim bahwa pemerintah Uzbekistan tidak dapat membela dirinya tanpa Rusia. Dengan demikian, melalui bantuan pada Uzbekistan, Rusia berusaha mempertahankan dan memperkuat pengaruhnya di Asia Tengah.

China juga mencoba untuk mengimplementasikan proyek “Satu Sabuk Satu Jalan atau One Belt One Road (OBOR)”. Dalam proyek ini, Asia Tengah memainkan peran penting. Sebab kawasan ini merupakan jalur penyebrangan darat yang penting bagi China yang menghubungkan Rusia dan Uni Eropa. Hal ini dijelaskan melalui pernyataan Presiden Uzbekistan Mirziyev pada pertemuan konsultasi di Turkmenistan: “Ke depan kami berencana untuk menggunakan jalur penyebrangan Termez-Mazari Sharif-Kabul-Peshawar, serta jalur cepat China-Kyrgyzstan-Uzbekistan, dan kereta api.” Itulah sebabnya China mengejar kepentingannya dengan memberikan pinjaman besar kepada negara-negara di kawasan itu. Misalnya, pada awal 2020, utang Uzbekistan ke China saja sudah melebihi 3 miliar. Jelas bahwa China tertarik pada perdamaian di kawasan Asia Tengah, khususnya di Afghanistan.

Meskipun kaum kafir penjajah saling bermusuhan di antara mereka sendiri untuk kepentingannya di kawasan Asia Tengah, namun mereka bersatu dalam perang melawan Islam dan kaum Muslim. Dan dalam hal ini mereka mengandalkan para penguasa kita yang menjadi antek-antek mereka. Para penguasa itu bersaing untuk menyenangkan mereka dengan berbagai usaha agar tetap berkuasa. Bahkan pemerintah Uzbekistan, yang selama ini menyebut Taliban sebagai organisasi teroris, mengklaim bahwa Taliban bukan organisasi teroris, dengan dalih Amerika Serikat sedang berunding dengan Taliban. Dengan kata lain, Uzbekistan memperlakukan mujahidin Taliban dengan cara yang diinginkan Amerika, bukan dengan cara yang ditentukan oleh Islam. Jika besoknya Amerika Serikat mulai menyebut Taliban sebagai organisasi teroris, maka pemerintah Uzbekistan akan mulai menyebut Taliban sebagai organisasi teroris! Padahal dari sudut pandang Islam, bahwa kaum Muslim yang tergabung di Taliban adalah saudara kita. Sedangkan musuh kita yang sebenarnya adalah Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, China ateis, dan Rusia, yang tangannya berlumuran darah kaum Muslim, serta negara-negara lain yang mengikutinya. Allah SWT berfirman:

﴿إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَن تَوَلَّوْهُمْ وَمَن يَتَوَلَّهُمْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ﴾

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (TQS. Al-Mumtahanah [60] : 9).

Oleh karena itu, kita kaum Muslim harus memahami, pada saat yang tepat, kebijakan tercela dari orang-orang kafir kolonial, bahwa mereka menempatkan kita untuk saling berlawanan satu sama lain, menggambarkan teman sebagai musuh dan musuh sebagai teman! Kita tidak boleh membiarkan mereka mengubah negeri kita menjadi tempat pelatihan militer. Untuk melakukan ini semua, kita harus melihat urusan politik dari sudut pandang akidah Islam. Sungguh sangat memalukan bagi kaum Muslim bahwa mereka jatuh ke dalam perangkap yang sama dari kaum kafir penjajah beberapa kali! Nabi kita Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:

«لاَ يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ»

Tidaklah seorang Mukmin disengat dua kali dari lubang yang sama.” [Islam Abu Khalil]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 17/08/2021.

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *