Para Penguasa Baru Suriah Menekankan Identitas Nasional dan Menghindari Pembicaraan Tentang Islam

Kantor Berita Suriah (SANA), pada 28 Januari 2025, mengutip pernyataan juru bicara pemerintahan militer Suriah, Hassan Abdul Ghani, yang mengatakan “Kami mengumumkan pengambilalihan kepemimpinan negara selama masa transisi oleh Tuan Ahmad al-Sharaa, yang akan menjalankan tugas kepresidenan Republik Arab Suriah dan mewakilinya di forum-forum internasional, serta memberinya wewenang untuk membentuk dewan legislatif sementara selama masa transisi, yang akan menjalankan tugasnya sampai konstitusi permanen untuk negara tersebut disetujui, ini mulai berlaku setelah membatalkan konstitusi 2012 dan menangguhkan semua undang-undang luar biasa.”

Asaad al-Shibani, Menteri Luar Negeri pemerintahan Suriah yang baru, berkata: “Kami telah berhasil menggambar identitas Suriah yang layak yang mencerminkan aspirasi rakyat kami dan membangun sebuah negara yang didasarkan pada kebebasan, keadilan dan martabat, di mana setiap orang merasakan patriotisme, rasa memiliki, dan pengorbanan. Suriah mengejar kebijakan luar negeri yang bertujuan untuk meyakinkan dunia luar, mengklarifikasi visi serta mewakili rakyat kami di dalam dan luar negeri. Suriah juga mementingkan hubungan dengan negara-negara Arab dan berinvestasi untuk memperkuat hubungannya dengan negara-negara tetangga. Kebijakannya juga bertujuan untuk berkontribusi pada penciptaan situasi regional dan internasional yang ditandai dengan kerja sama yang saling menguntungkan, saling menghormati, dan kemitraan strategis. Kawasan Arab menderita akibat warisan konflik dan kami akan berusaha dalam kebijakan luar negeri kami untuk mengurangi ketegangan ini serta membangun perdamaian.”

Tampaknya mereka yang berada di pemerintahan Suriah yang baru, mulai dari kepala pemerintahan, Ahmad al-Sharaa, hingga pejabat-pejabat lainnya, bahwa mereka menghindar dari mengucapkan satu kata pun tentang Islam dan menekankan bahwa Suriah adalah sebuah negara nasional, seperti negara-negara kolonial lainnya di kawasan ini, yang berusaha hidup berdampingan dengan tatanan regional dan internasional serta mencari perdamaian, bukan jihad untuk membebaskan negeri dan meninggikan agama Allah. Mereka tidak berusaha untuk menerapkan Islam, agama yang karenanya rakyat Suriah mendeklarasikan revolusi mereka, semuanya demi menyenangkan Amerika, Eropa dan para pengikutnya di kawasan, dengan harapan untuk tetap berada di kursi kekuasaan, mereka tidak lagi peduli dengan murka Allah dan orang-orang yang beriman (hizb-ut-tahrir.info, 30/1/2025).

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: