Pangkal Wabah Corona, Akibat Menabrak Hudud Allah Soal Makanan

Mediaumat.news – Muhammad Ismail Yusanto menilai pangkal wabah corona akibat menabrak hudud Allah soal makanan.

“Jadi pangkalnya sederhana dalam Islam itu. Dalam Al-Qur’an disebutkan ‘Ini adalah hudud Allah, janganlah engkau mendekatinya.’ Jangan lagi melanggar, mendekati saja enggak boleh. Ini bukan mendekati lagi tetapi menabrak! Menabrak soal makanan. Jelas sekali dalam Islam kelelawar itu haram untuk dibunuh, dilarang dimakan. Ini kok malah jadi hobi makan kelelawar,” ungkapnya dalam Diskusi Media Umat: Corona, Ketika Sains Bertemu Qadar, Kamis (27/2/2020) di Gedung Joeang, Menteng, Jakarta.

Menurut Ismail, jauh sebelum virus corona mewabah, Peng Zhou (Peneliti Wuhan Institute of Virology) memperkirakan pada Februari 2020 akan muncul virus corona (ternyata muncul beberapa bulan lebih cepat, red).
Karena, lanjut Ismail, dia (Peng Zhou) lihat ada kesamaan dengan SARS dan MERS, adanya interaksi yang terlalu dekat antara manusia dan kelelawar. Kalau duduk bersebelahan kan dekat, tetapi kalau dimakan dan masuk ke dalam perut kan sudah bukan dekat lagi tapi dekat sekali. Dan ternyata dimakannya hidup-hidup dimasukan ke dalam sop.

“Jadi itu menurut saya pantas saja, memang sudah semestinya terjadi. Ini disebut fasad (kerusakan akibat perbuatan manusia),” tegasnya.

Ia menyatakan fasad disebut di dalam Al-Qur’an surah ar-Rum ayat 41, yang artinya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Al-Rûm [30]: 41)
“Kefasadan dimaksud terjadi lantaran kemaksiatan. Apa itu maksiat? Pelanggaran terhadap hudud Allah, melanggar syariah. Melakukan yang haram dan meninggalkan yang wajib. Itu maksiat. Dan maksiat itu pasti berdosa. Dan maksiat yang berdosa pasti menimbulkan fasad!” tegasnya.

Ismail pun menyebutkan fasad yang berupa kerugian secara ekonomi. Pemerintah Cina itu sudah membelanjakan lebih dari 150 triliun (untuk mengatasi corona). Kerugian tidak langsung muncul dari macam-macam. Pembatalan penerbangan di Cina rugi 400 triliun. Itu baru di Cina.

Menurutnya, belum lagi di negara-negara lain. Di Indonesia saja ada 40 ribu kamar hotel pesanan orang Cina yang dibatalkan. 20 ribu turis gagal ke Denpasar Bali. Umroh! Umroh ini di-pending oleh pemerintah Saudi sampai batas waktu yang tak ditentukan. Dalam dua minggu saja, travel bakal rugi 1 triliun. Kalau tiga minggu atau lebih? Lebih besar lagi.

Ia juga mencontohkan kerugian yang timbul secara mental. Ada banyak orang yang kecewa karena tidak bisa pergi umroh. “Saya rencananya April bawa jamaah umroh, yang sudah daftar lebih dari 30 orang. Kemat-kemit juga nih, berangkat enggak- berangkat enggak,” ungkapnya.

Menurut Ismail ternyata hudud Allah soal makan, kalau dilanggar bisa menimbulkan kerusakan yang luar biasa. Lalu pesannya apa? Di ayat itu disebutkan “Supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Jadi ini (wabah corono) itu hanya sebagian saja! Agar mereka kembali ke jalan yang benar. Mustinya hikmah paling besar, “Saya ingin dengar ini kepala negara di sini berkata, ‘Saudara-saudara karena begini-begini mestinya kita makan makanan yang halal saja.’ Mestinya begitu.”

“Tapi sampai sekarang belum kita dengar. Makanan haram tetap saja beredar. Jikalau tidak ada perbaikan dalam pola konsumsi, saya khawatir akan muncul penyakit atau virus yang jauh lebih ganas dari corona,” tegasnya.
Sedangkan, lanjut Ismail, bagi yang tidak memakan makanan haram khususnya kelelawar tetapi tertular corona, itu disebut musibah dan merupakan qadha atau takdir dari Allah SWT.

Dalam acara yang dipandu Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat Mujiyanto tersebut hadir pula pembicara lainnya yakni Ahmad Rusdan Handoyo Utomo (ahli molecular medicine); Syaharudin P Lani (Direktur Healthcare Professionals for Sharia/HelpSharia) dan Irawati (Direktorat Surkarkes Kementerian Kesehatan).[] Joko Prasetyo

Share artikel ini: