Mediaumat.info – Meneropong kondisi bangsa Indonesia sepanjang 2023 berikut segala persoalan yang belum tuntas, Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroki mengatakan itu semua terjadi karena dua hal.
“Saya pikir ini disebabkan oleh dua hal ya,” ujarnya dalam Bincang Bersama Sahabat Wahyu: Rapor Merah Rezim Jokowi 2023, Sabtu (30/12/2023) di kanal YouTube Bincang Bersama Sahabat Wahyu.
Pertama, karena menggunakan sistem sekuler, yang berarti meminggirkan peran agama untuk tidak boleh disertakan ke dalam urusan pemerintahan. Sebutlah di antaranya sistem politik sekuler berikut demokrasi liberal di dalamnya. Termasuk sistem ekonominya yang sekuler sekaligus kapitalistik.
“Ini kalau kita bilang sistem ekonominya sekuler kapitalis, dalam sistem pemerintahnya dalam konteks sekuler demokratis,” tekannya kembali.
Kedua, yang menjalankan sistem sekuler dimaksud adalah justru orang yang tidak amanah. “Sistem yang sekuler tadi kemudian dijalankan oleh orang yang tidak amanah,” sambungnya, yang berarti juga khianat, tak bisa dipercaya dan tidak bertanggung jawab.
Karenanya, ia tak heran dari dua hal tersebut, menjadikan pemerintahan yang tak lagi bagus dan tak amanah. “Jadi muncullah berbagai kebijakan yang akhirnya juga tidak amanah,” tandasnya.
Solusi
Tak ayal, ia pun menyebut kaum Muslim harusnya menawarkan sistem Islam sebagai solusi negeri ini. “Sebagai Muslim kita harusnya menawarkan sistem Islam untuk menjadi solusi persoalan bangsa ini,” tuturnya.
Untuk dipahami, menawarkan sistem Islam untuk bisa menyelesaikan bermacam problem di negeri ini, juga sebagai bentuk sumbangsih terkait rasa cinta atas negeri ini.
Di sisi lain, adalah wajar pula sebagai Muslim menawarkan sistem Islam agar praktik buruk pemerintahan seperti yang ia paparkan sebelumnya, terhenti.
Dengan kata lain, seperti halnya orang kapitalis masih menawarkan sistem kapitalisme, orang sosialis-komunis menawarkan sistem sosialisme-komunisme, wajar apabila seorang Muslim menawarkan sistem Islam.
“Sebagai Muslim, saya pikir wajar menawarkan sistem Islam,” pungkasnya.[] Zainul Krian