Mediaumat.id – Pembakaran Al-Qur’an yang dilakukan oleh politisi sayap kanan Eropa Rasmus Paludan dinilai Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) sebagai kebencian tidak berdasar.
“Ini cermin kebencian yang tidak bisa diterima akal sehat. Kebencian yang tidak punya dasar. Apa salah Al-Qur’an terhadap dirinya sehingga begitu benci terhadap Al-Qur’an, dia sobek, dia bakar, dia katakan bahwa inilah kitab yang membuat kerusakan di muka bumi. Kerusakan macam apa yang telah ditimbulkan Al-Qur’an?” ungkapnya di acara Diskusi Media Umat: Al-Qur’an Dibakar, Biarkan Saja? melalui kanal YouTube Media Umat, Ahad (5/2/2023).
Tindakan Paludan ini tidak bisa dipandang sebagai tindakan personal karena secara nyata didukung oleh negara, di kawal polisi dan mendapat izin dari negara. “Ini menunjukkan bahwa Swedia sebagai negara terlibat dalam aksi itu meski dilakukan secara personal oleh Paludan,” tegasnya.
Bahkan, lanjutnya, sejumlah pemimpin Barat seperti Prancis, Denmark, Belanda, Swiss mendukung pembakaran itu dengan dalih kebebasan berekspresi, yang ini menunjukkan ada hipokrisi luar biasa.
“Jika benar mereka menghormati kebebasan berekspresi mengapa pada saat yang sama kebebasan tidak diberikan kepada umat Islam di Prancis untuk memakai cadar atau membangun masjid. Ini menunjukkan bahwa Barat tidak konsisten,” kritiknya.
Perang Peradaban
UIY lalu menjelaskan bahwa hipokrisi Barat yang bukan hanya dalam aspek kebebasan berekspresi tapi juga aspek-aspek lain berakar pada perang peradaban. “Kalau kita merunut secara lebih mendasar, kontestasi kekuatan politik itu akan berlanjut dari masa ke masa. Merupakan sunnatullah sifat peradaban itu saling bertentangan tidak bisa dirujukkan sehingga kemenangan, hegemoni, dominasi itu akan dipergilirkan di antara peradaban manusia,” urainya.
UIY menilai, hari ini umat Islam menjadi obyek dari sebuah peradaban yang hegemonik, yaitu peradaban Barat yang materialistis. Karena itu, menurutnya, berharap Barat berbuat baik kepada Islam bukan sesuatu yang natural karena naturalnya mereka menghegemoni.
“Islam juga menghegemoni tapi dengan kebaikan sehingga kebaikan diterima mereka. Ini sebagaimana yang digambarkan Karen Armstrong dalam salah satu bukunya yang mengakui bahwa Yahudi (yang dihegemoni Islam) justru menikmati abad keemasan di bawah Islam di Andalusia. Artinya hegemoni Islam bukan hegemoni eksploitatif sebagaimana hegemoni Barat yang eksploitatif,” tandasnya.
Barat, sambungnya, bukan hanya menyerang isi Al-Qur’an tapi sampai merobek fisik Al-Quran, membakarnya. “Ini sudah hegemoni eksploitatif terhadap teologi. Dan itu sisi paling dalam yang ada pada umat Islam. Sudah semestinya umat tidak tinggal diam,” tukasnya.
Berjaya Kembali
UIY mengatakan, Islam akan bisa berjaya kembali karena apa yang membuat Islam dulu berjaya faktor-faktornya masih ada.
“Ajaran Islam dari dulu hingga kini tidak berubah. Ajaran Islam ini yang mampu mengubah peradaban jahiliah menjadi sebuah bangsa terkemuka berbilang abad. Bukan hanya di Jazirah Arab tapi melebar ke Afrika Utara, sebagian Eropa, Asia Tengah, Asia Tenggara, Asia Selatan serta Asia Kecil. Maka peluang untuk kembali kejayaan itu sangat terbuka lebar, karena ajaran Islamya masih ada,” bebernya.
Masalahnya, tegas UIY, apakah umat Islam sekarang ini mampu berlaku sebagaimana umat Islam di masa lalu meraih kejayaan?
“Jika umat Islam ingin kembali meraih kejayaan, dia harus kembali kepada Islam karena Islamlah yang membuat umat berjaya. Dan itu diketahui Barat,” jelasnya.
Karena itulah, lanjutnya, Barat berusaha menjauhkan umat Islam dari agamanya. Ada tiga sasaran, mereka menyerang institusinya, menyerang kelompoknya dan menyerang agamanya.
“Mereka tembak institusi politiknya dan itu sudah berhasil dengan keruntuhan Khilafah Utsmani pada 1924. Tidak puas dengan itu ditembak pula organisasinya, disebutlah kelompok teroris. Kalau kita membaca list organisasi teroris yang diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB lebih dari 90 persen dari list teroris itu adalah individu dan kelompok Islam. Nah, sekarang menyerang agamanya dengan mengatakan Islam radikal bahkan menyerang sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an,” ungkapnya.
Tiga lini ini, ucap UIY, diserang secara langsung karena mereka tahu bahwa tiga lini ini merupakan elemen vital kebangkitan Islam. “Karena itu tiga lini ini mereka serang betul agar jangan sampai mewujud kembali di tengah umat Islam. Ini yang mereka lakukan ini hari,” tandasnya.
UIY berharap ini mestinya menyadarkan kaum Muslim untuk segera bergegas berjuang mewujudkan kekuatan umat melalui terbentuknya persatuan.
“Persatuan hanya mungkin terwujud melalui institusi dan pemimpin yang menyatukan umat Islam seluruh dunia yaitu khilafah,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun