PAKTA: Secara Ekonomi Indonesia Sangat Rapuh

Mediaumat.id – Ekonom Pusat Analisis Kebijakan Strategis (PAKTA) Muhammad Hatta mengungkapkan bahwa dari segi ekonomi, Indonesia sangat rapuh.

“Indonesia yang katanya upper middle income tetapi apa, ternyata rapuh juga. Sangat rapuh,” tuturnya dalam diskusi Live Streaming Pakta, Luhut: RI Harus Berjuang Sendiri Menjadi Negara Maju, Selasa (25/7/2023) di kanal YouTube PAKTA Channel (Pusat Analisis Kebijakan Strategis).

Hatta memperlihatkan data indeks negara-negara yang rapuh itu seperti apa. “Ada sebuah indeks yang freestyle text indeks. Jadi, indeks negara-negara yang rapuh dari sebuah lembaga, dia memberikan sebuah indeks negara-negara, ada 179 negara. 179 negara itu diberikan ranking-ranking, beberapa negara itu disebut negara rapuh,” ujarnya.

Dilihat dari data tersebut, Hatta menunjukkan, Indonesia mendapat peringkat 98. “Indonesia kalau kita lihat di peta ini, itu ranking 98. Jadi ranking itu, semakin dia naik ke ranking 1, maka itu berarti negara yang memiliki ranking buruk, sangat rapuh,” jelasnya.

Sebaliknya, lanjutnya, mayoritas negara-negara Eropa itu memiliki peringkat yang ratusan, ya 100 ke atas.

“Nah kalau Indonesia ini ranking 98, jadi di sini terkategori adalah warna kuning waspada. Rapuh ya, kerapuhannya ini sangat tinggi 98. Warna kuning tanda-tanda bahaya,” tegasnya.

Hatta pun membandingkan dengan Yunani dan Sri Lanka. “Yunani itu memang skornya 55,1. Sri Lanka 90, Indonesia 65. Jadi dari sisi equality, Yunani itu 3,2 ya. Jadi semakin rendah ya indeksnya. Jadi nomor 3,2 ke-1 misalnya gitu. Berarti semakin stabil, Tapi sebaliknya dari 3 atau 4 ke atas sampai 10 berarti ini equality-nya, economy and equality atau ketidaksetaraan ekonomi itu semakin tinggi semakin tidak stabil,” tandasnya.

Berkaitan dengan yang lain, ungkap Hatta, yaitu masih dalam konteks ekonomi juga 4,1, Yunani 6. “Dari sisi yang lain ya Yunani itu memiliki angka yang lebih baik ya 4 nih, sementara Indonesia 5,7. Tatapi itu tidak menghindarkan Yunani itu menjadi negara bangkrut,” tukasnya.

Ia pun menjelaskan, Indonesia tidak lebih baik dari Sri Lanka dan Yunani.

“Jadi ini kalau kita bandingkan dengan Srilanka terus kemudian kita bandingkan dengan Yunani. Kalau Sri Lanka memang dari sisi angka ekonomi semakin buruk dibandingkan Indonesia. Terus kemudian kalau kita bandingkan Sri Lanka secara lebih spesifik indikatornya mari kita lihat indikator belanja dan pendapatannya. Sri Lanka sebagai negara yang bangkrut 2022 tahun kemarin, itu memang pendapatannya itu 58% itu dari pinjam utang. Jadi pendapatan itu 58% utang. Sementara dari sisi belanja 30% belanjanya itu hanya habis untuk bayar bunga utang. Ini Sri Lanka,” bebernya.

Ia pun menjelaskan kondisi pendapatan dan belanja Indonesia.  “Bagaimana dengan Indonesia. Mari kita lihat Indonesia tahun 2022. Tahun 2022, Indonesia dari sisi pendapatan 50% dari data resmi dari pemerintah, 50%-nya pendapatan negara itu kalau kita bandingkan dengan surat berharga negara yang diterbitkan secara bruto secara keseluruhan plus pinjaman bruto itu mencapai 1.192 Triliun, atau hampir 49 % atau 48,9% dari pendapatan negara dan hibah tahun 2022, hampir mirip dengan Sri Lanka. 58% di sini 50% dari sisi pendapatan yang sumbernya dari utang. Belanja negara misalnya kalau tadi Sri Lanka, 30%-nya hanya untuk bayar bunga. Kalau Indonesia bayar bunganya itu 12,7% 403,9 triliun untuk tahun 2022. Bayar pokok utangnya tahun 2022 itu diperkirakan 481,5 triliun jadi kalau ditotal hampir 30%,” terangnya.

Menurutnya, kalau bunga utang plus pokoknya, belanja negara Indonesia itu dihabiskan hanya untuk bayar utang bunga plus pokok.

Hatta juga mengatakan, dari hasil data bahwa Indonesia itu tidak lebih baik dari Sri Lanka.

“Begitu pula kalau dari yang lainnya misalnya, Indonesia ini tidak lebih baik dari Sri Lanka. Mari kita lihat. Ini adalah interest payment belanja pembayaran bunga. Persentase belanja dari pembayaran bunga dari keseluruhan belanja. Berapa porsinya? Kalau Sri Lanka itu memang 34% disini sesuai dengan yang data tadi. Terus kemudian Indonesia 12,9%. Menariknya Yunani itu bayar bunga utangnya dari total belanja itu hanya 4,9%, 2015 7,2 %. Tetapi Yunani itu negara gagal. Bayar bunganya hanya 7,2%, dari total belanjanya,” ketusnya.

Sementara Indonesia, kata Hatta, pada saat tahun yang sama 9.3% tapi Yunani bisa menjadi negara yang bangkrut, enggak bisa bayar utang. “Jadi, datanya kita ini lebih buruk dari Yunani,” tandasnya.

Hatta menilai, memang Indonesia itu ada sesuatu yang kemudian bisa tetap bertahan. Dari beberapa diskusi mengatakan bahwa ini karena faktor sumber daya alamnya yang masih jadi jaminan. “Jadi jaminan sehingga kemudian masih bisa bertahan untuk bayar utang,” pungkasnya.[] Teti Rostika

Share artikel ini: