PAKTA Kritik Bappenas: Gatal Sekarang, Digaruk Besok
Mediaumat.info – Ibarat orang gatalnya sekarang dan tidak mungkin digaruknya besok, demikian juga kabar viral yang menyebut ada 10 juta Gen Z menganggur di Indonesia saat ini tetapi pada saat yang sama terlontar pernyataan bakal tersedia 12 juta lapangan kerja baru tetapi pada 2030.
“Ya enggak bisa. Enggak bisa kita gatalnya sekarang digaruknya besok,” ujar Direktur Pusat Analisis Kebijakan Strategis (PAKTA) Dr. Erwin Permana kepada media-umat.info, Kamis (23/5/2024).
Kabar viral tersebut, sambungnya, ketidakmungkinannya sama juga dengan pernyataan bahwa laparnya sekarang, tetapi makannya tahun depan.
Menurutnya, ketika sesuatu hal menyangkut kebutuhan pokok seseorang, seharusnya ditunaikan saat itu juga. “Enggak bisa tunggu nanti. Apalagi berkaitan dengan pekerjaan, yang itu merupakan kebutuhan dasar,” tegas Erwin.
Artinya, ketika tidak ada pekerjaan karena memang menganggur, bisa dipastikan enggak bakalan juga ada penghasilan yang masuk. Akhirnya orang pun mati karena kelaparan, apalagi menunggu tersedianya lapangan pekerjaan hingga enam tahun.
Adalah Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama ini melaporkan bahwa terdapat 9,9 juta anak muda usia 15-24 tahun di Indonesia yang tidak beraktivitas produktif hingga Agustus 2023.
Bahkan kata BPS, para pemuda Gen Z tersebut masuk ke dalam kategori not in employment, education, and training (NEET) atau tidak bersekolah, tidak bekerja, dan tidak sedang mengikuti pelatihan.
Menjadi viral di media sosial, setelah pemerintah dalam hal ini Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa menyampaikan bahwa penerapan ekonomi biru mampu menciptakan 12 juta lapangan kerja baru tetapi pada 2030.
Artinya, kata Erwin lebih lanjut, apabila Gen Z berjumlah 10 juta itu tak segera difasilitasi dengan lapangan pekerjaan, maka sangat berpotensi menaikkan angka kriminalitas dan keburukan lainnya.
“Kalau mereka lapar (sebab tak ada penghasilan cukup), ya potensi kriminalitas akan menjadi semakin tinggi. Akhirnya kita kan semakin rusak ke depan,” paparnya.
Lantaran itu, ia pun menyebutkan betapa pentingnya tata kelola negara yang baik. Tidak justru terkesan memberikan peluang pekerjaan justru kepada tenaga kerja asing.
“Kita cakap kok, tenaga kerja kita kalau dilatih dengan baik, dididik dengan baik, didisiplinkan dengan baik,” ujarnya, terkait potensi orang Indonesia seraya menyinggung banyaknya para pakar asal negeri ini di berbagai perusahaan internasional.
Terlebih, secara prioritas, sistem pemerintahan Islam berkewajiban mengurus dan menuntaskan permasalahan pengangguran ini dengan penyediaan lapangan pekerjaan.
“Negara memfasilitasi, tidak boleh diam terhadap masyarakatnya yang nganggur,” tekannya, yang berarti negara memastikan kembali bahwa tidak ada lagi pengangguran.
Untuk ditambahkan, Islam memandang bekerja masuk dalam kategori ibadah. Malah ada dosa yang tidak bisa terhapus dengan pahala shalat, tetapi dengan bekerja.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir ra, Rasulullah SAW menegaskan, “Sesungguhnya di antara dosa itu ada dosa yang tidak dapat dihapus oleh shalat, puasa, haji, dan umrah, tetapi dapat terhapus oleh lelahnya seseorang dalam mencari nafkah.”
Tak ayal, Erwin pun menilai suatu negara bakal berdosa apabila tidak memfasilitasi penduduknya yang membutuhkan pekerjaan. “Itu luar biasanya Islam itu, memperhatikan tiap-tiap individu, orang, supaya ada lapangan pekerjaannya,” pungkasnya. [] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat