PAKTA: Jumlah Kelas Menengah Turun, Ada Persoalan Distribusi Pendapatan

Mediaumat.info – Menanggapi terjadinya penurunan jumlah kelompok kelas menengah yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Ekonom Pusat Analisis Kebijakan Strategis (PAKTA) Muhammad Hatta, menyebutkan ada persoalan distribusi pendapatan dan distribusi kekayaan di tengah masyarakat.

“Ini menunjukkan ada persoalan lain yaitu distribusi pendapatan, distribusi kekayaan di masyarakat yang sangat tidak merata,” tuturnya dalam Catatan Peradaban: Kelas Menengah Kian Tergerus, Negara Salah Urus? di kanal YouTube Peradaban Islam ID, Kamis (19/9/2024).

Menurutnya, distribusi pendapatan dan distribusi kekayaan (di kalangan masyarakat), semakin timpang.

Ia membandingkan data yang dirilis oleh media daring Katadata terkait penurunan jumlah angka kelas menengah tahun 2018 dan tahun 2023.

“Tahun 2023 kelas menengah itu ada 18,8 persen. Tahun 2018 ada 23 persen, ini lebih rendah. Bahkan lebih rendah dari tahun 2016 yaitu sebanyak 16 persen,” terangnya.

Menurutnya, sejak tahun 2023 para ekonom itu sudah sering mengingatkan fenomena bagaimana kelas menengah itu semakin tertekan.

“Ada istilah yang disebut mantab, makan tabungan. Itu bagi yang punya tabungan, yang enggak punya tabungan makan apa?” ungkapnya.

Ia memandang, kaitan dengan fenomena kelas menengah ini, tahun ini begitu masif.

Merujuk data yang dirilis BPS dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), ada ketimpangan yang semakin mencolok.

“Kalau beberapa data dari BPS ya, data dari beberapa sumber yang kami miliki termasuk dari data BPS, dari sini menunjukkan ada ketimpangan yang semakin mencolok,” terangnya.

Ia menjelaskan, (ketimpangan yang sangat mencolok) itu juga tampak datanya dari distribusi nilai uang pada rekening 100 juta ke bawah dengan rekening yang 100 juta ke atas.

“Itu sangat nampak, sangat nampak dari data yang kami miliki,” tandasnya.

Hatta menjelaskan, pihaknya telah mengolah data tersebut sejak tahun 2021.

“Dan ketika itu, kami menemukan ada data yang menarik berkaitan dengan distribusi uang yang ada pada rekening yang ada di seluruh tabungan di Indonesia,” terangnya.

Terlebih, ia melanjutkan, kemudian yang jadi persoalan, ketimpangan atau inequality dari sisi harta kekayaan pendapatan ini kemudian juga bisa berdampak lebih jauh pada kehidupan ekonomi Indonesia.

“Yang kita tahu, 50 persen lebih itu pertumbuhan ekonomi kita itu ditopang oleh konsumsi masyarakat. Nah, ketika konsumsi masyarakat ini makin anjlok, maka tentu pertumbuhan ekonomi juga akan turun,” pungkasnya. [] ‘Aziimatul Azka

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: