Pakistan dan Afghanistan, Turki dan Kurdistan

 Pakistan dan Afghanistan, Turki dan Kurdistan

Pakistan telah mulai mempersiapkan landasan, secara politis, atas peran yang diberikan Amerika sebagai proxy untuk berlanjutnya kontrol Amerika atas Afghanistan.

Setelah kegagalannya di Afghanistan, Amerika tidak menarik diri tetapi mengubah gaya pengawasannya dari pendudukan militer langsung menjadi dominasi politik tidak langsung.

Para pemimpin Pakistan sangat menyadari beban besar yang akan menimpa mereka; Penasihat Keamanan Nasional Pakistan mengatakan minggu ini, menurut The Dawn, “[Amerika] telah meyakinkan kami bahwa Pakistan tidak akan dijadikan kambing hitam di tengah penarikan [pasukan AS] dari Afghanistan, tetapi hanya waktu yang akan mengatakan apakah [mereka] tetap berpegang pada kata-kata mereka] karena sejarah menunjukan sebaliknya”. Dan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan pada hari Jumat dalam sebuah wawancara dengan Reuters, “Ada banyak ketakutan saat ini di Pakistan dan saya meyakinkan Anda bahwa kami mencoba hal terbaik yang bisa kami lakukan bahwa ada semacam penyelesaian politik sebelum Amerika hengkang” .

“Ketakutan” yang dia maksud tentu saja adalah ketakutan akan kepemimpinan Pakistan yang terungkap karena kepatuhan mereka yang tak tergoyahkan kepada Amerika karena mereka menekan mujahidin di Afghanistan. Jika tidak, tidak ada apa-apa selain kelegaan dan kegembiraan di Pakistan dan seluruh umat Islam karena pasukan Amerika terpaksa melarikan diri. Tidak ada kekuatan asing yang mampu mendominasi umat Islam; hanya keterlibatan para penguasa agen kita sendirilah yang memungkinkan imperialisme Barat berlanjut di negeri kita.


Baru saja gagal lagi untuk melakukan campur tangan secara militer di Palestina, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam akan menyerang pemukiman pengungsi di dalam Kurdistan Irak, dengan mengatakan, “Jika PBB tidak membersihkannya, kami akan melakukannya sebagai anggota PBB”.

Menurut Reuters, Turki telah mengintensifkan serangan di sisi perbatasan Irak selama setahun terakhir untuk menyerang Partai Pekerja Kurdistan PKK tetapi sekarang Erdogan mengancam akan menyerang Kamp Makhmour, 180 km selatan perbatasan Turki. Pertanyaannya adalah mengapa Turki siap untuk mengambil tindakan seperti itu terhadap sesama Muslim tetapi menahan diri dari tindakan serupa terhadap entitas Yahudi ilegal atau kekuatan Barat yang mendukungnya?

Jelas, terlepas dari upaya Erdogan untuk menggambarkan dirinya sebagai pemimpin Muslim yang tulus, kenyataannya adalah bahwa Erdogan adalah boneka Barat sebagaimana semua penguasa kita yang lain saat ini. Barat tahu bahwa mereka tidak dapat memerintah umat Islam secara langsung, jadi mereka memberikan kita pemimpin dari antara kita yang telah mengkhianati kita dan setia kepada musuh. Untuk mengontrol umat Muslim dengan lebih baik, Amerika menciptakan keseimbangan kekuatan di dunia Muslim, dengan menempatkan negara-negara Muslim seperti Turki dalam sikap menentang dengan negara-negara Muslim lainnya. Tetapi dengan izin Allah, umat Islam akan segera bangkit dan menggulingkan seluruh penguasa agen ini dan menggantikan mereka dengan seorang pemimpin yang tulus dan mampu untuk memerintah semua negeri Muslim dari Maroko hingga Indonesia. Dari sejak awal, Negara Khilafah akan memasuki jajaran kekuatan besar karena ukurannya yang besar, sumber daya, populasi, posisi strategis, dan ideologi Islamnya.

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *