Mediaumat.id – Pakar Ekonomi Syariah Dr. Arim Nasim, S.E., M.Si., Ak., CA. membeberkan alasan sebenarnya pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terutama jenis pertalite, solar, dan tidak menutup kemungkinan gas elpiji 3 kg pun sama.
“Alasan sebenarnya menaikan BBM adalah untuk menuntaskan (tata kelola) di sektor hilir dengan menyerahkan harga BBM ke mekanisme pasar,” ujarnya kepada Mediaumat.id, Ahad (4/9/2022).
Padahal sebagaimana diketahui, PT Pertamina (Pesero) telah resmi menjadi induk holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) minyak dan gas bumi (migas) atau BUMN Migas sejak 2018.
Artinya, Pertamina adalah BUMN yang semestinya tidak semata berorientasi bisnis sehingga juga harus mempertimbangkan kepentingan nasional dan kepentingan masyarakat.
Terlebih, lanjut Arim, di dalam negara dengan sistem kapitalisme memang mengharamkan subsidi.
Di sisi lain, ia juga melihat alasan yang dikemukakan pemerintah ketika akan menaikkan harga BBM selalu perkara subsidi.
“Subsidi selalu jadi kambing hitam, sampai rezim melakukan kebohongan seperti opini yang dikembangkan bahwa subsidi energi sudah menyentuh angka Rp502 triliun,” terangnya.
Padahal menurut Arim, data yang disampaikan pemerintah faktanya adalah bohong. “Faktanya yang dikatakan 502 triliun rupiah itu termasuk dana subsidi tahun 2021,” ulasnya.
Maka itu, ia menekankan, bahwa alasan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi sarat dengan unsur kebohongan. “Faktanya yang betul-betul membebani APBN itu adalah utang dan bunganya,” ungkap Arim.
Perlu diketahui pula, sambungnya, kemunculan bunga bank yang demikian besar adalah akibat utang ribawi untuk membiayai kepentingan para kapitalis dan oligarki, salah satunya pembiayaan proyek Ibu Kota Negara (IKN) dan kereta api cepat Jakarta-Bandung.
“Bunganya saja sampai Rp400 triliun rupiah lebih. Tetapi pemerintah enggak menganggap ini beban,” pungkasnya.[] Zainul Krian