Pakar: Keputusan ICC Tangkap Netanyahu Buat Zionis Yahudi Makin Tersudut

Mediaumat.info – Keputusan berupa surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional (International Criminal Court/ICC) yang ditujukan kepada Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dinilai telah membuat entitas penjajah Yahudi makin tersudut.

“Keputusan ICC membuat Israel semakin tersudut,” ujar Pakar Hubungan Internasional Hasbi Aswar, Ph.D. kepada media-umat.info, Sabtu (30/11/2024).

Untuk diketahui, entitas penjajah Yahudi telah mengajukan banding setelah sebelumnya, Kamis (21/11/2024), ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan dimaksud atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang yang dilakukan setidaknya sejak 8 Oktober 2023 hingga 20 Mei 2024.

Bahkan dalam sebuah pernyataan, kantor perdana menterinya juga meminta ICC untuk menangguhkan surat perintah penangkapan sambil menunggu hasil banding.

Untuk itu, perintah penangkapan tersebut juga bisa menjadi amunisi bagi negara-negara yang pro Palestina untuk melakukan tekanan-tekanan di PBB.

Menurutnya, publik juga bisa menjadikan keputusan ini untuk menekan pemerintah mereka masing-masing untuk bertindak tegas terhadap entitas penjajah Yahudi dan Netanyahu.

Sehingga bisa dipastikan bakal merepotkan entitas penjajah Yahudi berikut negara-negara pendukungnya. “Ini akan cukup merepotkan bukan hanya bagi Israel tapi juga negara-negara pendukungnya,” urainya.

Tetapi di sisi lain, Hasbi menyayangkan perintah penangkapan yang mestinya dipatuhi oleh 124 negara yang menjadi anggota ICC, terkesan tak bersifat mengikat sehingga wajib menangkap Netanyahu untuk diserahkan kepada ICC.

Artinya, perintah ICC tidak mempunyai kekuatan politik secara langsung. “Tak punya kekuatan politik langsung,” sebutnya, seraya menyinggung sikap negara Austria dan Paraguay yang beralasan agresi Zionis Yahudi atas Hamas sebagai upaya pembelaan diri, juga menolak keputusan ICC sebagaimana sikap Hungaria dan Argentina sebelumnya.

Untuk itu, kata Hasbi menekankan, harus ada negara yang berani dan tegas untuk menyatakan siap menangkap para buronan ICC jika ada kesempatan.

Celakanya, Netanyahu maupun Gallant tidak mungkin datang ke negara yang akan merugikan dia. Sehingga, menurut Hasbi, cara yang efektif adalah ketika koalisi internasional melakukan intervensi langsung ke entitas penjajah Yahudi, untuk berikutnya dilakukan eksekusi penangkapan.

Namun upaya ini dinilai bakal membutuhkan waktu yang lama. “Ini pasti akan memakan waktu lama jika dilakukan,” tandasnya.

Institusi Politik Islam

Karenanya, Hasbi menyinggung sebuah institusi politik Islam yang pernah sukses melindungi umat dari segala kekejaman dan kerusakan rezim yang berkuasa. Bukan hanya Muslim, warga non-Muslim pun merasakan perlindungannya.

Ialah khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah, institusi politik yang mengikuti jalan kenabian yang sarat dengan keberanian dan ketegasan untuk berhadapan serta menundukkan, bahkan melenyapkan penjajahan.

Dengan khilafah, tidak akan ada lagi istilah menunggu lama untuk seorang khalifah memobilisasi para tentaranya untuk membebaskan kaum Muslim yang terzalimi saat ini, sebagaimana peristiwa yang tercatat dalam kisah penaklukan Kota Ammuriah (Amoria) pada tahun 223 H.

“Tidak menunggu waktu lama untuk khalifah melakukan mobilisasi untuk membebaskan Muslim yang terzalimi seperti di era Mu’tashim Billah membebaskan seorang wanita yang dilecehkan oleh Romawi,” ulasnya.

Kala itu, ada seorang sahaya Muslimah yang dilecehkan oleh kaum Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya.

Muslimah itu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim Billah dengan kalimat yang legendaris: “Waa Mu’tashimaah!” yang artinya “Di mana engkau wahai Mu’tashim Billah (Tolonglah aku)”.

Kabar ini lantas tersebar dan sampai ke telinga Al-Mu’tashim. Hal ini membuat sang khalifah menerjunkan puluhan ribu pasukannya untuk menyerbu Ammuriah.

Pasukannya pun mengepung Ammuriah selama lima bulan. Pada pertempuran itu, pasukan Muslim berhasil membebaskan kota tersebut dari tangan Romawi. Tercatat, sebanyak 30 ribu tentara Romawi terbunuh dan 30 ribu lainnya dijadikan tawanan.

Al-Mu’tashim mencari laporan tentang wanita yang memanggil namanya itu. Kemudian berkata “Wahai Saudariku, apakah aku telah memenuhi seruanmu atasku?” Sang Muslimah itu pun mengangguk terharu. Beliau lantas memutuskan untuk memerdekakan sang Muslimah itu.[] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: