Pakar: Jatuhnya Rezim Bashar Assad Kehancuran yang Tertunda
Mediaumat.info – Menanggapi jatuhnya rezim Bashar Assad di Suriah yang terhitung dalam waktu yang cukup cepat, Pakar Hubungan Internasional Hasbi Aswar, Ph.D. mengungkapkan bahwa itu sebenarnya hanya kehancuran yang tertunda.
“Jadi ini sebenarnya cuma kehancuran yang tertunda,” ulasnya dalam Catatan Peradaban, Revolusi Suriah: Kemenangan Siapa? di kanal YouTube Peradaban Islam ID, Selasa (7/12/2024).
Menurutnya, selama ini, tentara Suriah itu sudah sangat lemah. Tentara Suriah itu hanya bisa tegak, itu karena Rusia ikut campur.
“Utamanya Rusia, Iran dari dulu juga masuk port (kubu) Assad, kemudian Hizbullah juga dari dulu masuk port Assad,” jelasnya.
Rusia Serang Suriah
Ia menjelaskan, pada 2015 Rusia berkoordinasi dengan Amerika Serikat melakukan serangan ke Suriah, karena waktu itu kelompok pejuang mujahidin itu sudah menguasai delapan puluh persen wilayah Suriah dari pasukan Assad yang berjumlah kurang lebih tiga ratus ribu, itu tinggal setengahnya.
“Jadi, sampai saat itu kemudian Rusia masuk dan mem-back-up rezim Assad sampai terakhir kemarin (saat kejatuhan Assad),” ucapnya.
Sebelumnya, Hasbi mengungkapkan ada kelemahan secara struktural pada kekuatan militer Assad, sehingga pada akhirnya kelompok perlawanan mendapatkan momentum itu (jatuhnya Bashar Assad) saat Rusia khususnya disibukkan dalam konteks perang Ukraina.
“Dan hal yang lain saya kira, adalah kondisi ini atau kondisi penggulingan Suriah ini, kondisi penggulingan Basar Assad itu adalah kondisi yang sangat diingini oleh Amerika Serikat, entitas Zionis, dan negara-negara penyokongnya,” jelasnya.
Hasbi mengungkapkan mengapa kondisi penggulingan Assad ini sangat diingini oleh Amerika dan entitas Zionis, karena menurutnya, Suriah ini, menjadi penghubung dari axist of resistance (poros perlawanan) dari Iran ke Hizbullah yang selama ini merepotkan entitas penjajah Zionis dan Amerika setahun terakhir.
“Dan kita melihat pada akhirnya siapa yang bertepuk tangan salah satunya tentunya adalah entitas penjajah Zionis sangat merayakan peristiwa ini,” imbuhnya.
Jadi, lanjutnya, itu konteksnya, kenapa bisa semudah itu (kejatuhan rezim Bashar Assad) di dalam konteks politik internasional.
Ia juga menilai, faktor penyebab kejatuhan rezim Bashar Assad ini juga adalah karena masyarakat Suriah sudah geram dari lama.
“Masyarakat Suriah yang geram dari lama dan mereka yang menyokong, ikut terlibat dalam melakukan perlawanan di hari-hari terakhir,” terangnya.
Penyatuan Fraksi-Fraksi Perlawanan
Kemudian, ia menjelaskan, yang tidak kalah pentingnya (penyebab keruntuhan Bashar Assad) adalah adanya penyatuan dari fraksi-fraksi perlawanan.
“Kalau kita bicara ISIS, ISIS itu sudah melemah dari sejak 2018. Al-Qaida juga sudah dilemahkan. Yang termasuk ikut melemahkan Al-Qaida dan ISIS itu adalah Hai’at At-Tahrir As-Syam (HTS) itu sampai hari ini,” jelasnya.
Ia memaparkan pencapaian koalisi yang sangat kuat antara HTS, kemudian Syrian National Army (SNA).
SNA itu sebelumnya adalah Free Syrian Army atau Tentara Pembebasan Suriah. Ini dibentuk sejak tahun 2011, didukung oleh Amerika Serikat. Kemudian, sejak 2018 didukung oleh Turki.
“Kemudian terbentuklah koalisi baru yang bernama Syrian National Army (Tentara Nasional Suriah). Di situ ada berbagai kelompok, kelompok nasionalis termasuk kelompok jihad, itu bisa sampai ratusan ribu tentara, dan kemudian mereka bergabung dengan HTS. Saya kira, momentum -momentum itu, jadi ada penyatuan kelompok yang sangat besar,” pungkasnya.[] ’Aziimatul Azka
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat