Mediaumat.id – Sehubungan dengan sikap penemu vaksin m-RNA sendiri yang tidak menyarankan dilakukan vaksin dan kegamangan masyarakat mengenai vaksin, Pakar Biologi Molekuler Ahmad Rusdan, Ph.D. menyampaikan bahwa ilmu mengenai vaksin itu cukup kompleks.
“Bicara masalah aman tidaknya vaksin, pandangan orang awam dan ilmuwan itu berbeda. Kenapa? Karena ilmu mengenai vaksin itu cukup kompleks,” tuturnya dalam acara Fokus: Ada Apa dengan Omicron? di kanal YouTube UIY Official, Ahad (30/01/2022).
Ia pun memberikan banyak contoh dan gambaran terkait vaksinasi, sehingga masyarakat memahami hakikat vaksinasi dengan benar.
“Ketika kita melihat seseorang meninggal, kita mempertanyakan sebelum meninggal dia ngapain. Ternyata sebelum meninggal melakukan shalat Shubuh. Secara akal sehat kita tidak akan mengatakan penyebab meninggalnya karena shalat Shubuh. Atau sebelum shalat, dia makan rendang. Kita tidak bisa mengatakan bahwa rendang itulah penyebab dia meninggal. Lalu kita lihat lagi, berapa banyak orang shalat Shubuh, berapa banyak orang yang meninggal? Artinya apa? Manusia itu selalu bias, selalu melihat yang mayoritas, yaitu cara kita beroperasi sehari-hari,” paparnya.
Ahmad juga menambahkan beberapa contoh fakta tentang penumpang pesawat untuk menganalogikan terkait ilmu vaksinasi.
“Kalau kita naik pesawat, misalnya, biasa kita selalu mengatakan kita selalu naik pesawat aman. Kita selalu melihat yang mayoritas kan? Walaupun kita tahu kadang-kadang ada pesawat jatuh, satu pesawat meninggal semua. Tapi sekali lagi bias kita selalu melihat ke arah yang mayoritas. Tetapi ketika ada yang meninggal kita harus mencari apakah bautnya ada yang lepas atau safety-nya ada yang enggak bener. Maka dalam ilmu vaksin kita harus berusaha mengetahui apa yang terjadi di tubuh orang tersebut sehingga bisa terjadi kematian,” imbuhnya.
Terakhir, Ahmad Rusdan menegaskan, bicara masalah kebijakan kesehatan masyarakat, publik harus memilih. Kalau divaksin konsekuensi apa kalau tidak vaksin konsekuensi apa.
“Di sini bicara masalah pijakan kesehatan masyarakat, kita harus memilih. Kalau saya divaksin konsekuensi apa, kalau tidak divaksin konsekuensi apa. Dalam hal ini saya ingin mengajak rekan-rekan terutama yang mengkaji Islam secara serius jangan memikirkan kita sebagai individu. Kita mulai belajar, latihanlah, seandainya kita diamanahi ngurusi rakyat banyak, kebijakan apa yang harus kita terapkan. Karena masing-masing ada konsekuensi politiknya. Apalagi konsekuensi akhirat, ini lebih panjang lagi,” pungkasnya.[] Nur Salamah