Situs Al Jazeera Net (30/8) melaporkan bahwa “lebih dari 85.000 orang telah disembunyikan secara paksa di Suriah.” Menurut laporan tersebut, lebih dari 85.000 orang telah hilang sejak pecahnya revolusi di Suriah, sekitar 90 persen di antaranya telah ditangkap oleh rezim Suriah. Di mana di antara mereka sekitar 1.100 adalah anak-anak dan 4.200 adalah kaum perempuan. Dalam hal ini, pihak-pihak yang bertikai telah melakukan berbagi praktik penghilangan paksa terhadap mereka yang dianggap para pembangkang.
Di sisi lain, Al Jazeera Net (31/8) mempublikasikan berita tentang “peningkatan jumlah rakyat Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan ke Bangladesh,” di mana lebih dari 26 ribu kaum Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari kekerasan di Myanmar selama seminggu terakhir, sementara sekitar 20 ribu lainnya terdampar di perbatasan antara kedua negara … Sedang di Bangladesh mereka dihadang oleh tentara, dan setidaknya ada tujuh kapal dipulangkan kembali … Ditemukan dua puluh mayat wanita dan anak-anak akibat kapal mereka yang terbalik pada saat melarikan diri dari Myanmar … Al Jazeera juga mengumumkan, bahwa hanya dalam 3 hari, antara 2000 dan 3000 kaum Muslim dibantai dalam serangan tentara Myanmar di Arakan.
*** *** ***
Ada banyak berita tentang tragedi yang tengah dihadapi kaum Muslim di seluruh negeri: mulai dari pembunuhan yang terus-menerus terhadap kaum Muslim Rohingya, penghancuran Irak dan rakyatnya yang terus berlanjut, pertumpahan darah di Suriah, serta pembantaian yang masih menyelimuti rakyat Yaman, Libya dan Palestina … masih banyak lagi tragegi memilukan yang menimpa kaum Muslim.
Semua itu terjadi dalam terang kebisuan orang-orang yang mampu untuk menolong kaum Muslim, dan celakanya mereka tidak hanya membisu, tetapi mereka berkonspirasi, menjalankan rencana imperialisme dan terlibat dalam perang melawan kaum Muslim, celakanya lagi tentara tidak cukup hanya dengan kejahatan yang tidak menolong kaum Muslim, tetapi juga para penguasa menggunakannya untuk menumpahkan darah kaum Muslim demi kepentingan imperialisme.
Sungguh, kurangnya keamanan ini adalah akibat langsung dari tidak adanya hukum Islam dan hilangnya Khilafah dari negeri-negeri kaum Muslim. Bahwasannya keamanan kaum Muslim—dengan berbeda-bedanya bangsa dan negaranya—hanya dapat dicapai di bawah naungan Khilafah yang akan melindungi mereka dan non-Muslim yang menjadi warga negaranya. Sebab Khalifah adalah seorang Imam (pemimpin) yang menjadi sumber kekuatan dan sumber perlindungan bagi kaum Muslim. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim: “Sesungguhnya seorang Imam (Khilafah) itu adalah perisai yang di belakangnya orang-orang berperang, dan dengannya orang-orang berlindung.”
Dan bahwasannya Allah SWT telah menjanjikan kepada umat ini (kaum Muslim) keamanan dan keselamatan di bawah naungan Khilafah. Allah SWT berfirman: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.” (TQS An-Nur [24] : 55).
Janjin keamanan dan keselamatan ini akan terwujudkan dengan pertolongan Allah atas para pejuang yang mukhlis untuk kemuliaan Islam. Janji tersebut tidak akan diberikan pada para rezim yang lalim yang bersekongkol untuk rakyatnya sendiri, termasuk rezim Saudi, yang dibanggakan oleh Khatib di hari Arafa Syeikh Saad al-Syatsri (Anggota Haiah Kibārul Ulamā …) dalam khuthbahnya di masjid Namira (31/8/2017). Syeikh Saad menggunakan ayat di atas dalam konteks pembicaraan tentang keamanan rezim dan kesetiaan kepada penguasa, sementara ia melupakan pembantaian dan tragedi yang sedang berlangsung di negeri-negeri kaum Muslim, padahal semua itu menjadi tanggung jawab para penguasa dan tentara.
Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban umat, para penguasanya, tentaranya, ulamanya, intelektualnya, para pimpinan partainya dan kaum Muslim secara umum terkait darah kaum Muslim Rohingya, Suriah, Irak, Yaman dan Palestina … Masing-masing akan diminta pertanggungjawabannya menurut posisinya: dari kewajiban menolong dan merespon agresi secara militer, atau dari kewajiban mengadopsi kasus mereka dan menelanjangi konspirasi para penguasa, serta dari kewajban mengembalikan kekuasaan Islam secara politis. Allah SWT berfirman: “Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya.” (TQS Ash-Shaffat [37] : 24). [DR Maher al-Ja’bari]
Sumber: hibz-ut-tahrir.info, 3/9/2017.