Begini Pidato Pertama Ustadz Ismail Yusanto Pasca HTI Dibubarkan

Di hadapan sekitar 10 ribu massa Alumni 212, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia Ustadz Ismail Yusanto berpidato untuk pertamakalinya Pasca HTI dibubarkan sepihak oleh pemerintah dengan Perppu Ormas, Jum’at (28/7/2017) di Patung Kuda Silang Monas, Jakarta.

“Kalau saya teriakkan khilafah, apa jawabannya?” pekik Ismail di atas panggung lantai dua mobil komando.

Secara serentak, massa pun memekik: “Tegakkan…”

“Tapi, Saudara-Saudara sekalian, ini hari kita tidak boleh meneriakkan istilah itu, khilafah, tidak boleh,” ujarnya.

“huuu…” jawab massa kesal.

Pasalnya, lanjut Ismail, Perppu itu bukan hanya akan membubarkan organisasi tetapi juga melarang berkembangnya paham yang disebut oleh Perppu itu bertentangan dengan Pancasila. Dan paham yang dimaksudnnya itu adalah khilafah.

“Saudara-saudara sekalian setuju?” tanya Ismail.

“Tidaaak…” jawab massa serentak lalu mereka pun bersama-sama meneriakkan khilafah…. khilafah… khilafah….

Ismail pun kembali mengatakan, jadi sekali lagi bukan hanya mengancam Ormas tetapi juga mengancam dakwah. Khilafah itu disebut oleh para ulama sebagai tajul furudh, sebagai mahkota dari kewajiban. Bila kewajiban ini dilaksanakan terlaksana pula kewajiban-kewajiban lain.

“Inilah bahayanya Perppu itu. Bukan hanya melarang Ormas tetapi juga akan melarang dakwah bagi tegaknya apa?” pekik Ismail

“Khilafah…” sambar massa serentak.

Ismail juga menyatakan bukan hanya Ormas dan pahamnya yang dikriminalisasi, tetapi juga para anggotanya pun dipersekusi.

Tapi bagi anggota Hizbut Tahrir itu tidak menjadi masalah karena kita semua yakin bahwa Allahlah yang memegang nyawa kita…  [ujar Ismail lantang]

(Allahu Akbar…)  [pekik massa]

Allahlah yang memegang hidup kita…

(Allahu Akbar…)

Allahlah yang menyempitkan dan melapangkan  rezeki kita…

(Allahu Akbar…)

Kita tidak takut terhadap semua itu. Betul?

(Betuul…)

Tetapi saudara-saudara sekalian, lanjut Ismail, itu semua, persekusi terhadap anggota Hizbut Tahrir itu adalah sebuah kedzaliman dan kalau itu terjadi kepada anggota Hizbut Tahrir, terjadi pada Ormas Hizbut Tahrir, maka itu tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada Ormas yang lain.
“Inilah mengapa kita harus menolak Perppu karena Perppu ini sangat berbahaya!” tegasnya.

Perppu ini menjadi jalan bagi rezim ini, menjadi rezim yang apa?

(diktator…)

“Saudara-saudara sekalian, karena itu kita tidak boleh mundur. Kita harus terus maju! Terus maju menuntut dicabutnya Perppu ini. Dan yang lebih penting kita tidak boleh mundur, kita harus maju dalam dakwah!” teriak Ismail.

Saudara-saudara sekalian akan mundur?

(Tidaaak…)

Saudara-saudara sekalian akan mundur?

(Tidaaak…)

Saudara-saudara sekalian takut?

(Tidaaak…)

Saudara-saudara sekalian kecut?

(Tidaaak…)

Saudara-saudara sekalian berani?

(Berani…)

Teriakan La ilaha ilallahu…

(La ilaha ilallahu… La ilaha ilallahu… La ilaha ilallahu…)

Lalu tiba-tiba massa pun kembali meneriakkan khilafah…. khilafah… khilafah….

“Ya, terakhir, kita semua sudah berjanji, sudah bersumpah kepada Allah. Apa sumpah dan janji kita? Inna shalati, wanusuki, wamahyaya, wamamati Lillahi Rabbil ‘Alamin…  Hidup kita, mati kita, semua-muanya itu adalah Lillah! [karena Allah, red] Karena itu kita menginginkan semuanya ini juga Lillah. Ekonomi kita ekonomi Lillah. Budaya kita budaya Lillah. Politik kita politik Lillah. Negara kita negara Lillah,” kata Ismail.

Negara Lillah! Yaitu negara yang diterapkan di dalamnya syariah secara kaffah.  Kalau negara ini hari membubarkan organisasi dakwah apakah itu langkah Lillah atau li ghairillah [karena selain Allah, red]?

(li ghairillah…)

“Karena itu harus kita tentang ! Kita haruslah kuat! Kita harus lawan!” pekiknya.

Sebagaimana awal pidatonya diawali salam dan doa, akhir pidatonya pun ditutup doa dan salam.

Setelah menjawab salam, massa pun mengibar-ngibarkan bendera tauhid hitam (rayah) dan putih (liwa) seraya memekikkan khilafah… khilafah… khilafah…[] Joko Prasetyo

Share artikel ini: