Nobel Tidak Menjadikan Pengkhianat Sebagai Pahlawan

Lord David Trimble, mantan Menteri Pertama Irlandia Utara dan penerima Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1998, mengajukan Perdana Menteri Entitas Yahudi Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohamed bin Zayed al-Nahyan, sebagai nominasi untuk menerima penghargaan internasional.

**** **** ****

Barat tengah bekerja untuk memasarkan dan melaksanakan proyek-proyeknya di negeri-negeri kaum Muslim melalui alat-alatnya, yaitu para penguasa Muslim. Barat berusaha membuat proyek-proyek ini menjadi sesuatu yang hebat dengan menjadikan alat-alatnya sebagai pahlawan di mata rakyatnya. Untuk itu, Barat memuji dan menyanjung mereka, serta memberi mereka hadiah, terutama Hadiah Nobel.

Namun pertanyaannya: Bisakah Hadiah Nobel mengubah pengkhianatan menjadi pahlawan?! Menjual Palestina, menormalisasi hubungan dengan Yahudi, menggadaikan isu-isu kaum Muslim kepada kaum kafir penjajah, dan membuka negaranya untuk musuh-musuh kaum Muslim, yang membuatnya leluasa melakukan penjarahan dan membuat kerusakan, yang pasti bahwa semua ini hanya bisa dilakukan oleh para antek pengkhianat. Sementara sambutan dan pujian para musuh kepada mereka para antek adalah bukti bahwa mereka telah memberi mereka layanan yang baik.

Sayangnya, semua usaha mereka ini tidak akan mampu menipu umat, karena umat tahu betul siapa pahlawan, dan siapa pecundang. Umat tidak mungkin menerima para penguasa antek yang tunduk kepada musuh-musuhnya itu, untuk tetap memegang kendali atas dirinya dan isu-isunya, utamanya adalah isu Palestina. Sungguh, umat akan segera menyingkirkan kejahatan mereka para penguasa antek ini, in syaa Allah, dengan menumbangkan rezim-rezim mereka, dan kemudian menegakkan otoritas Islam, Khilafah Rasyidah ‘ala minhajin nubuwah. Dengan demikian, tanah yang diberkati ini akan dibersihkan dari kotoran Yahudi, dan para antek kaum kafir penjajah akan dilenyapkan dari negeri-negeri kaum Muslim (hizb-ut-tahrir.info, 28/11/2020).

Share artikel ini: