Mediaumat.info – Tawaran kesepakatan gencatan senjata dari pentolan Zionis Benyamin Netanyahu dengan imbalan pemimpin senior Hamas Palestina harus meninggalkan Jalur Gaza, dinilai sebagai bentuk perasaan jengkel akibat terhalang dalam pencapaian tujuannya.
“Ini berarti bahwa Netanyahu sudah frustrasi dengan berbagai upaya untuk mengalahkan Hamas tapi terus gagal sampai hari ini,” sebut Pakar Hubungan Internasional Hasbi Aswar, Ph.D. kepada media-umat.info, Rabu (24/1/2024).
Di saat yang sama, sambung Hasbi, dunia internasional terus mendorong penghentian serangan Zionis atas Gaza. Dari data Kementerian Kesehatan Gaza pada Rabu (17/1) menyebut serangan Zionis di Gaza telah menewaskan 163 orang dan melukai 350 lainnya hanya dalam 24 jam.
Serangan ini menjadikan jumlah korban jiwa secara keseluruhan di Gaza menjadi 24.448 orang tewas dan 61.504 orang terluka sejak 7 Oktober. Sementara di Tepi Barat ada 354 korban tewas dan lebih dari 4.000 luka-luka.
Tak hanya itu, desakan domestik terhadap Netanyahu untuk mundur, pun membuat pemimpin Zionis ini makin kalang kabut.
Seperti dilansir dari laporan Al-Jazeera, makin banyak pihak dari Zionis mendesak Netanyahu mundur, terutama keluarga 137 sandera warga Yahudi yang sampai saat ini masih ditahan Hamas di Gaza.
Belakangan para keluarga sandera semakin vokal menyerukan Netanyahu mundur karena dianggap gagal melindungi sanak saudara mereka. Sebab, beberapa sandera Hamas dilaporkan meninggal dunia selama baku tembak antara milisi dan tentara Zionis.
Beberapa sandera yang meninggal itu bahkan diklaim Hamas tewas imbas tembakan tentara Zionis sendiri.
Tak Efektif
Lantas terkait pengakuan Zionis terhadap kekuatan tempur Hamas saat ini masih besar, seperti diberitakan sebelumnya, menunjukkan aktivitas militer Zionis Yahudi selama ini sangat tidak efektif memberangus para pemimpin dan anggota Hamas sejak hampir empat bulan terakhir.
“Pengakuan bahwa pasukan Hamas masih 70 persen itu berarti aktivitas militer Israel di Gaza tidak efektif sama sekali,” cetus Hasbi.
Untuk ditambahkan, pengakuan seputar kekuatan besar Hamas ini, juga dilontarkan dari Gedung Putih dalam hal ini John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.
“Hamas masih memiliki postur kekuatan yang signifikan di Gaza,” kata dia, Rabu (3/1).
Lantaran itu, ke depan, Zionis Yahudi dinilai bakal mencari justifikasi untuk bisa keluar dari perang tanpa rasa malu.
“Saya kira yang Israel akan lakukan ke depan adalah mencari justifikasi untuk keluar dari perang ini tanpa kehilangan muka,” sebut Hasbi.
Makanya, kata Hasbi berharap, kelompok Hamas harus tetap melakukan perlawanan dan tak boleh berhenti hingga Palestina benar-benar terbebas dari penjajahan Zionis.
Meski begitu, seandainya memang harus melakukan gencatan senjata, ia menyebut boleh asal tujuannya untuk menyusun kekuatan kembali, dan bukan berdamai dengan entitas penjajah Yahudi.
Karena itu pula, harusnya yang berjuang di Palestina bukan hanya Hamas, tetapi para tentara yang diutus dari negeri-negeri kaum Muslim. Pasalnya, sebesar apa pun kekuatan Hamas, kata Hasbi, kelompok ini hanya mampu melawan secara defensif berhadapan dengan Zionis.
“Jika yang maju adalah tentara-tentara kaum Muslim saya yakin Israel bisa dihancurkan dengan segera, dan dengan itu Palestina kembali lagi ke pangkuan kaum Muslimin,” pungkasnya. [] Zainul Krian