Mediaumat.news – Negosiasi Amerika dengan Taliban yang dikatakan sebagai upaya perdamaian di Afghanistan, oleh Pengamat Politik Internasional Farid Wadjdi disebut sebagai exit strategy Amerika untuk bisa keluar dari Afghanistan.
“Negosiasi dengan Taliban yang disebut-sebut oleh Amerika sebagai upaya menciptakan perdamaian di Afghanistan sesungguhnya merupakan bagian dari exit strategy Amerika Serikat untuk bisa keluar dari Afghanistan,” ujarnya dalam acara Kabar Siang: Jebakan Perundingan Amerika untuk Taliban, Kamis (6/5/2021) di kanal YouTube News Khilafah Channel.
Menurut Farid, Perang Afghanistan ini menjadi perang yang menjebak Amerika dalam perang begitu lama yaitu sekitar 20 tahun. Perang ini juga lebih panjang dari Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Selama 20 tahun perang ini Amerika mengalami kerugian yang begitu besar. Bahkan dana perang yang besarnya sekitar 20 triliun dolar AS disebut-sebut sangat merugikan para pembayar pajak di Amerika dan 2.488 tentara Amerika tewas dalam perang ini.
“Inilah yang membuat Amerika kemudian berpikir keras bagaimana kemudian bisa keluar dari jebakan perang yang telah membawa kerugian yang besar bagi Amerika Serikat,” ucapnya.
Farid memandang, Amerika tidak ingin yang terjadi pada Uni Sovyet terjadi pula pada negaranya. Salah satu faktor yang meruntuhkan Uni Sovyet itu adalah intervensi Uni Sovyet ke Afghanistan yang telah menyedot begitu banyak dana dan kekuatan mereka.
Maka, kata Farid, sebelum Amerika keluar dari Afghanistan seperti yang dijanjikan oleh Joe Biden, Amerika perlu memastikan bahwa Afghanistan masih tetap berada dalam kontrol Amerika sepeninggal tentaranya nanti. Karena bagaimanapun Afghanistan merupakan wilayah yang sangat penting bagi Amerika. Afghanistan secara geo politik merupakan wilayah yang strategis di Asia tengah karena memiliki dua potensi yaitu, kebangkitan Islam dan kekayaan alam yang luar biasa terutama gas.
Farid menilai, di situlah letak pentingnya Amerika bernegosiasi dengan Taliban, yaitu agar sepeninggalan Amerika dari Afghanistan pemerintahan yang terbentuk adalah pemerintahan yang dikendalikan oleh Amerika.
“Nah di situlah pentingnya Amerika kemudian melakukan negosiasi dengan Taliban untuk memastikan bahwa Taliban tidak akan mengganggu pemerintahan boneka ini,” pungkasnya.[] Agung Sumartono