Mediaumat.news – Terkait pembelaan para pemimpin negara-negara Eropa kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron, Pengamat Politik Internasional Umar Syarifudin mengatakan Islamophobia yang berbalut dengan Xenophobia (takut terhadap perbedaan) sedang berkembang di seluruh negara-negara Eropa dan negara-negara sekular Barat.
“Ini adalah Islamophobia yang berbalut dengan xenophobia sedang berkembang di seluruh negara-negara Eropa dan negara-negara sekuler Barat”, ujarnya kepada mediaumat,news Sabtu 31/10/2020.
Ia mengatakan pembelaan para pemimpin negara-negara Eropa tersebut semakin memprovokasi masyarakat Eropa untuk memusuhi Islam. Semua ini akan mendorong sikap saling curiga, kebencian, dendam dan kemarahan yang berujung pada menguatnya konflik horizontal di tengah-tengah masyarakat. Terbukti, tidak sedikit muslimah yang menggunakan hijab diludahi dan dilecehkan. Ironisnya, itu dilakukan di tempat umum dan kadang dari orang yang selama ini sudah dikenal.
Menurutnya Islamophobia tidak bisa dilepaskan dari kesalahan logika berpikir dan generalisasi yang kebablasan. Ironisnya hal ini terus dipelihara oleh elit-elit politik dan media massa liberal. Mereka, misalnya, mengaitkan Islam dengan pandangan dan tindakan yang dituduh sarat dengan kekejaman dan kekerasan. “Dan ini merupakan buah dari monsterisasi tanpa henti terhadap Islam dan kaum Muslim oleh media dan para politisi di negara-negara Eropa tersebut.” ucapnya.
Umar mencurigai Islamophobia yang masif belakangan ini sebagai propaganda sistematis dari negara-negara Barat terhadap Islam dikarenakan ketakutan Barat melihat Islam sebagai alternatif sistem dunia di saat sistem Kapitalisme sedang sekarat saat ini. “Meningkatnya warga negara Barat yang memeluk agama Islam saat mereka melihat Islam sebagai solusi dalam kehidupan mereka bisa jadi dianggap sebagai ancaman,” ucapnya.
Menurut Umar semakin seriusnya umat Islam untuk mempertimbangkan syariah Islam sebagai solusi kehidupan akibat kegagalan Ideologi sekuler di negeri-negeri Islam tentu sangat mengkhawatirkan Barat. “Untuk mencegah hal ini, negara-negara Barat merasa perlu membangun stigma negatif terhadap ajaran Islam, terutama yang berhubungan dengan syariah Islam,” pungkasnya.[]