Mediaumat.news – Ustaz Ismail Yusanto menyampaikan nasihat pengokoh jiwa bagi setiap Muslim dalam menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, gangguan dan rintangan (ATHGR) ketika tengah berdakwah.
“Dakwah itu dalam setiap masa pasti akan berhadapan dengan ATHGR. Itu sudah sunatullahnya. Jikalau tidak ada ATHGR itu malah mungkin kita harus periksa jangan-jangan kita itu sedang tidak berjuang,” ujar Ustaz Muhammad Ismail Yusanto dalam Diskusi Online Tabloid Media Umat: Narasi Radikalisme Makin Ngawur, Ahad (20/9/2020) di kanal Youtube Media Umat.
Menurutnya, justru ketika ada ATHGR itu menjadi indikasi yang nyata bahwa memang pengemban dakwah tengah berada di medan juang. Dan ketika di medan juang pasti ada lawan. Ismail menekankan pentingnya harus bergerak bersama Alkitab (Al-Qur’an di mana pun kita berada.” Jadi pengemban dakwah tidak boleh lepas dari Al-Qur’an.
Hanya Sebentar
Ismail juga mengingatkan manusia hidup di dunia hanya sebentar dan tidak lama. Kalau dibandingkan dengan akhirat itu hanya sa cuplik. Kalau kata Rasulullah SAW itu seperti seseorang yang tengah mengendarai kendaraan istirahat sebentar di bawah pohon lalu berlalu. Nah, itulah kehidupan manusia di dunia yang kalau dibandingkan secara relatif itu sehari di akhirat seperti seribu tahun manusia di dunia.
“Jadi kalau kita hidup seratus tahun, itu seperti kita hidup 2,4 jam di sisi Allah SWT nanti di akhirat. Kalau kurang dari 100 tahun berarti kurang dari 2,4 jam,” bebernya.
Karena itulah waktu yang sebentar ini tidak boleh dilewatkan kecuali untuk kebaikan, untuk taat kepada Allah. “Karena kita akan menuju kepada Allah. Artinya, kita harus menjalani hidup itu betul-betul sesuai dengan maunya Allah SWT agar kita bisa mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT kelak di akhirat,” ungkapnya.
Menurutnya, cara terbaik untuk melewati hidup di dunia itu adalah dengan taat kepada Allah dan bagian dari taat itu adalah berjuang untuk membawa manusia di dunia ini untuk taat kepada Allah. Keluarga yang taat kepada Allah, negara dan bangsa yang taat kepada Allah. “Itulah poin penting dari perjuangan kita ini,” tegasnya.
Istiqamah Berdakwah
Ismail mengingatkan, kaum Muslimin harus yakini seyakin-yakinnya bahwa tidak ada kemuliaan selain dengan Islam. “Kita mau mencari kemuliaan ke mana lagi? Apalagi telah nyata sosialisme komunisme sudah hancur. Kemudian kapitalisme juga sudah semakin tampak keloyoannya, ketidakmampuannya untuk memenuhi janji-janjinya,” tanyanya retoris.
Ia juga mengingatkan tidak ada Islam kecuali dengan penerapan syariah secara kaffah. Ini penting karena saat ini sedang dibangun Islam model lain yaitu Islam yang menolak syariah atau Islam tanpa syariah. Kalaupun pakai syariah, itu syariah yang bersifat fardhiyah bukan yang bersifat jama’iyah. Artinya, tidak sampai pada persoalan-persoalan yang terkait dengan pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kemudian Ismail menegaskan, tidak ada penerapan syariah secara kaffah kecuali di bawah naungan daulah khilafah. Karena khilafah itulah istilah yang layak, istilah yang lahir dari tsaqafah atau ajaran Islam, untuk menamai tatanan pemerintahan yang sesuai dengan ketentuan ajaran Islam.
Di akhir nasihatnya ia menyebutkan, tidak ada syariah dan khilafah kecuali dengan dakwah yang dilakukan istiqamah dengan landasan akidah yang kokoh. “Karena itulah penting bagi kita terus berjuang berdakwah dengan istiqamah untuk tegaknya syariah secara kaffah,” pungkasnya.
Dalam acara yang dipandu Mujiyanto (Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat) tersebut hadir pula pembicara lainnya yakni Prof. Dr. K.H. Ahmad Zahro (Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya); Dr. Ustaz Nadjamuddin Ramly (Wasekjen MUI Pusat) dan Ustaz Slamet Ma’arif (Ketua Persaudaraan Alumni 212).[] Joko Prasetyo