Narasumber JKDN II: Perjuangan Penegakan Khilafah Mirip dengan Situasi Perjuangan Kemerdekaan

 Narasumber JKDN II: Perjuangan Penegakan Khilafah Mirip dengan Situasi Perjuangan Kemerdekaan

Mediaumat.id – Sudah nonton film dokumenter Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN) II? Kalau sudah, pasti tahu dengan salah satu narasumbernya, yakni Datu Cendikia Hikmadiraja Kesultanan Banjar Ahmad Barjie B. Di hadapan para ulama dan tokoh, ia pun memotivasi umat Islam, untuk tak gentar dalam memperjuangkan penegakan kembali khilafah yang sesuai dengan metode kenabian (ala minhajin nubuwah).

Setidaknya pesan ini disampaikannya, saat menjadi pembicara, di Diskusi dan Bedah Film JKDN II, di Majelis Darul Wafa Kawasan Gerilya Banjarmasin, Ahad (31/10/2021).

“Dahulu, pejuang-pejuang kita dituduh Belanda sebagai radikalis, ekstrimis, pembangkang, pengacau, bahkan pemberontak. Namun semuanya tak gentar, tetap istikamah, hingga akhirnya negara kita merdeka,” tegas penulis Buku Perang Banjar Barito 1859–1906: Besar, Dahsyat, Lama (Deskripsi dan Analisis Sejarah) tersebut.

Dalam buku tersebut, diceritakan perjuangan Kesultanan Banjar dalam melawan penjajahan, yang dikomandoi Panglima Besar Sultan Hidayatullah. Di bawah arahannya, turut berperang Pangeran Antasari sebagai Panglima di kawasan Banjarmasin, Kiai Demang Lehman di Martapura-Rantau, Haji Buyasin di Tanah Laut, Tumenggung Abdul Jalil di Hulu Sungai, Penghulu Rasyid di Tabalong, Panglima Wangkang di Bakumpai, dan Tumenggung Surapati di kawasan Sungai Barito.

“Waktu itu, kapal perang Onrust berhasil ditenggelamkan, dan bahkan sempat menjadi hari berkabung Nasional Belanda, usai tewasnya sekitar 90 pasukan penjajah,” urai Ahmad Barjie.

Ia menegaskan, kehidupan masa lalu penuh dengan tekanan, sehingga mendorong para pemuda, pemuka agama, termasuk sebagian tokoh masyarakat untuk ikut berjuang.

“Yang kita salutnya, para Pangeran Banjar juga ikut berjuang, mereka tidak ingin menikmati kehidupan enak, terkecuali beberapa yang berkhianat, seperti Pangeran Tamjidillah,” jelas Ahmad Barjie.

Ya, sekitar tahun 1857, sebelum Perang Banjar meletus, Pangeran Tamjidillah diangkat sepihak oleh Belanda menjadi Sultan Banjar, yang akhirnya membuat situasi kesultanan tidak kondusif dan makin kacau.

“Dan peristiwa ini juga membenarkan kata-kata K.H. Syukron Makmun, bahwa Islam itu kata beliau tidak pernah mampu dikalahkan oleh kekuatan asing, kecuali kalau dibantu oleh para pengkhianat,” kutip Ahmad Barjie B.

Ia juga mengakui, para pengkhianat ini juga ada beberapa yang berasal dari kalangan ulama, usai terlena dengan pendekatan penjajah, sehingga mau mengadopsi pemikiran-pemikiran asing liberal yang malah menggerus kemurnian ajaran Islam.

“Sehingga Islam yang sebenarnya simpel dan sederhana akhirnya dibuat membingungkan. Bahkan ajaran-ajaran ideal seperti Khilafah, Syariah Islam, seolah-olah tidak lagi dikenal umat,” ujar Ahmad Barjie menganalogikan dengan kondisi sekarang.

Oleh karena itu, ia pun mengharapkan para pejuang penegakan Khilafah Islamiah ala minhajin nubuwwah untuk terus istikamah, tidak gentar dengan berbagai tekanan, karena suatu saat nanti hasilnya akan dinikmati generasi penerus, layaknya perjuangan para pahlawan bahkan dakwahnya para Nabi dan Rasul.

“Kalau tidak kita perjuangkan, bagaimana nasib anak cucu kita. Semuanya memang tidak instan, dan memerlukan pengorbanan, baik waktu, harta, hingga jiwa,” pungkas Ahmad Barjie mengakhiri sesinya.

 

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *