Narasi Wapres Sebut Masjid Dijadikan Tempat Kampanye Justru Memicu Polarisasi
Mediaumat.id – Pernyataan Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang menyebut sudah ada gejala polarisasi menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dengan mencontohkan digunakannya tempat ibadah (masjid) sebagai lokasi kampanye dinilai justru memicu polarisasi baru.
“Semestinya politik identitas bukanlah hal buruk. Justru membuat narasi agar menghindari politik identitas berarti juga sedang melakukan politik identitas. Dan narasi seperti itu memicu polarisasi baru,” tutur Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroky kepada Mediaumat.id, Selasa (14/3/2023).
Ia menilai, adanya gejala polarisasi yang dikhawatirkan Wapres memang perlu diwaspadai. Namun kata Wahyudi, sebenarnya polarisasi bukanlah gejala, tapi sudah terjadi sejak pilpres lalu.
“Hal itu ditandai dengan adanya polarisasi yang sangat kental dalam masyarakat, yakni kutub kampret dan kutub cebong. Siapa pro Jokowi disebut cebong sedangkan yang anti disebut kampret,” ujarnya.
Wahyudi menyayangkan pernyataan Wapres yang menjadikan masjid sebagai contoh adanya indikasi polarisasi itu. “Disebutkan bahwa memakai masjid sebagai tempat kampanye. Ini sangat tendensius dan tidak berdasar. Pasalnya saat ini belum masa kampanye. Kenapa sudah disebut masjid sebagai tempat kampanye? Pernyataan selanjutnya kenapa justru masjid yang dijadikan contoh? Ini menimbulkan citra negatif bagi masjid sebagai tempat suci umat Islam,” ungkapnya.
“Padahal Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan penggunaan masjid sebagai tempat ibadah dan pusat pendidikan umat serta pusat mengatur segala urusan umat Islam,” imbuhnya.
Mencuatnya kembali isu politik identitas yang dituding menjadi salah satu penyebab polarisasi, menurut Wahyudi, ada upaya membuat kesan politik identitas itu buruk. “Padahal berpolitik tanpa identitas itu sangat berbahaya. Akan mendorong masyarakat yang tidak punya identitas yang jelas alias politik abu-abu atau berkepribadian ganda,” katanya.
Semestinya, kata Wahyudi, masyarakat didorong agar masyarakat punya identitas yang jelas dalam segala hal. Agar jadi masyarakat bertanggung jawab sesuai identitasnya. Bukan jadi masyarakat yang enggak jelas identitasnya alias masyarakat berkepribadian ganda.
“Sebagai umat Islam wajib menunjukkan identitasnya dengan jelas agar tak tergolong kaum tak jelas (munafik),” pungkasnya.[] Achmad Mu’it