Mediaumat.news – Narasi ngawur radikalisme yang digemborkan rezim seperti “good looking” adalah bagian skenario besar atas usaha menghancurkan umat Islam. Hal itu diungkap Ketua Persaudaraan Alumni 212 Ustaz Slamet Ma’arif.
“Kalau kita telaah lebih jauh ini adalah grand design yang luar biasa, sehingga masuk kepada negara kita tercinta ini virusnya yang dinamakan Islamophobia (fobia Islam), masuk kepada negara dan bangsa kita yang pada akhirnya dibuatlah skenario secara sistematis dan terstruktur bagaimana menghancurkan Islam,” ungkapnya dalam Diskusi online Media Umat: Narasi Radikalisme Semakin Ngawur, Ahad (20/9/2020) di kanal YouTube Media Umat.
Framing negatif terhadap istilah-istilah dalam ajaran Islam itu dilakukan rezim saat ini dengan serius dengan tujuan melepas keyakinan yang mengakar dari umat Islam. “Sehingga istilah-istilah yang seharusnya bersifat positif dengan media mereka, komentar mereka, ucapan mereka, kemudian didukung penuh oleh media mereka, diputarbalikkan menjadi makna yang negatif untuk umat Islam, ini yang harus dicatat,” jelas Slamet.
Dalam artian bahasa radikalisme itu punya makna yang mengakar, sehingga bukanlah istilah negatif seperti yang digemborkan rezim, dan radikalisme secara sejarah dilakukan oleh pahlawan-pahlawan yang memperjuangkan bangsa.
“Imam Bonjol itu kalau tidak radikal dia tidak akan melawan kaum musyrik, tapi dia meyakini keyakinannya dengan mengakar bahwa Islam itu keyakinannya harus murni, Islam itu mesti kaffah, tidak boleh dicampur dengan yang musyrik, apalagi kemaksiatan,” ungkap Slamet.
Slamet menyebut yang menyampaikan narasi ngawur radikalisme sebetulnya orang yang lupa sejarah, dilihat dari bagaimana Imam Bonjol mempertahankan bangsa dan negaranya dari orang-orang abangan atau musyrik, yang mencampuradukkan Islam dengan kemaksiatan.
“Ini orang lupa sejarah, beliau itu dulu radikal, beliau mempertahankan pemahaman yang mengakar dalam dirinya sehingga beliau melawan orang-orang yang abangan, yang mencampur adukkan Islam, beliau ingin memperlihatkan bahwasanya Islam itu kaffah, murni dan suci. Tidak bisa dicampuradukkan,” pungkasnya.[] Fatih Solahuddin