Mediaumat.id – Terkait tuduhan ‘narasi islamofobia sebagai upaya framing untuk memojokkan pemerintah’, Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra, M.M. justru mengatakan sebaliknya.
“Justru yang terjadi adalah sebaliknya. Dunia Barat tidak menginginkan kebangkitan Islam dengan cara selalu memojokkan Islam dan menfitnah Islam,” ujarnya kepada Mediaumat.id, Sabtu (12/2/2022).
Pasalnya, jelas Ahmad, narasi islamofobia memang lahir dari ideologi sekulerisme. Dengan kata lain, negara-negara yang menerapkan sistem sekulerisme selalu menempatkan Islam sebagai halangan dan ancaman bagi kepentingan mereka.
Maka, pernyataan Guru Besar Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Noorhaidi Hasan pada Kamis (10/2) yang menyebut narasi islamofobia sebagai upaya framing (membingkai cerita) untuk memojokkan pemerintah, menurut Ahmad tidaklah benar.
Apalagi menurutnya, Indonesia bukan negara utama pengusung narasi tersebut. Namun seringkali mengikuti narasi yang dibangun oleh negara adidaya. “Alhasil, Indonesia meski mayoritas Muslim, namun ajaran Islam selalu di-framing berbahaya bagi bangsa ini. Bahkan para ulama banyak yang dikriminalisasi,” tuturnya.
Sebagai bukti normatif, Ahmad menyebutkan bahwa orang-orang kafir tidak akan pernah rela dan berhenti untuk berusaha memadamkan cahaya Islam, di mana pun dan sampai kapan pun.
“Mereka tidak menginginkan kebangkitan Islam yang semakin dekat ini,” tegasnya.
Pun menurut Ahmad, sejarah telah mencatat bahwa sejak era Rasulullah SAW hingga kini, mereka yang tidak menginginkan kebangkitan Islam, bakal terus melancarkan berbagai cara untuk menghalang-halangi kebangkitan Islam.
“Merujuk pada sejarah, perjuangan Rasulullah selalu dihalang-halangi oleh kaum kafir dan dikhianati oleh kaum munafik,” terangnya sembari mengutip QS. Al-Baqarah ayat 217 yang artinya,
‘Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.’
Langkah Barat
Bahkan secara kekinian, Ahmad menekankan, setidaknya ada 4 langkah yang dilakukan Barat untuk memojokkan Islam serta ajarannya. Pertama, menumbuhkan keraguan pada umat Islam terkait kebenaran Islam (harakah at-tasykik). Semisal, gugatan tentang otentitas Al-Qur’an, Islam sebagai mohammadanisme atau keraguan atas kerasulan Muhammad SAW.
Sehingga berangkat dari situ, diharapkan tumbuh sikap netralitas dan relativitas. “Jika masih ada seorang Muslim yang secara fanatik memahami Islam, maka mereka kemudian dicap sebagai fundamentalis, radikalis, islamis dan teroris,” tandasnya.
Kedua, menghilangkan rasa kebanggaan terhadap ajaran Islam dengan cara memberikan stigma terhadap Islam (harakah at-tasywih).
“Melalui media-media, Islam dipresentasikan sebagai agama yang antagonistik terhadap ide-ide kebebasan, HAM, demokrasi, pluralisme dan nilai-nilai Barat lainnya,” jelasnya.
Dampaknya, tambah Ahmad, makin menggejalanya inferiority complex (rendah diri) pada diri umat Islam, islamofobia, serta pemujaan kepada Barat.
Ketiga, gerakan pelarutan/akulturasi serta penguapan peradaban dan pemikiran (harakah at-tadzwib). “Dampaknya adalah terjebaknya umat Islam dalam pemikiran pluralisme agama,” kata Ahmad, sebagaimana pluralisme yang menurut Wilfred Cantwell Smith bermakna transcendent unity of religion (wihdat al-adyan), dan global teologi menurut John Harwood Hick.
Keempat, gerakan westernisasi. Yakni upaya penggiringan opini dan paradigma bahwa sumber kemajuan adalah dari Barat. “Maka jika ingin maju, harus mengikuti Barat,” tukasnya.
Di sisi lain, lanjut Ahmad, upaya praktis sebagai alat propaganda yang juga dilakukan Barat terkait narasi islamofobia, di antaranya adalah, name calling device (stigmatisasi Islam), glittering generalities device (perlambangan indah agar disenangi kaum Muslim), transfer device (mempertalikan istilah dengan hal yang digemari orang banyak), testimonial device (merujuk perkataan orang-orang terkenal supaya dipercaya), plain folks device (berjuang atas nama membela rakyat), card stacking device (memutarbalikkan fakta), dan bandwagon device (menggunakan musik dan slogan).[] Zainul Krian