Mediaumat.news – Perlakuan keji rezim Cina dengan memukuli, menyiksa, dan memperkosa tahanan Muslim Uighur dinilai Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar, S.IP., M.A. tidak ada yang bisa membelanya.
“Saya kira itu yang menjadi problem global saat ini. Kalau bicara masalah internasional, kita itu berhenti di pertanyaan, siapa yang bisa membela? Dan jawabannya tidak ada yang optimis. Jawabannya akan selalu menyedihkan,” tuturnya dalam acara Kabar Petang: Allah SWT Tidak Lalai Atas Kezaliman Rezim Cina Kepada Saudara-saudara Kami di Uighur, Kamis (7/10/2021) di kanal YouTube KC News.
Menurutnya, berita tentang pengakuan mantan militer Cina yang lari ke Eropa tentang perlakuan rezim Cina terhadap tawanan yang sewenang-wenang, penyiksaan, perkosaan, itu sebenarnya bukan hal yang baru.
“Data-data dari kelompok HAM, misalnya. Tahun 2018 itu Human Right Watch sudah melaporkan dalam riset panjang yang mereka lakukan dengan mewawancarai orang-orang Uighur yang lari dari Xinjiang, Cina. Dan mereka memang menyatakan hal yang sama. Banyak di antaranya yang pernah dipenjara, atau yang dimasukkan kamp reedukasi. Jawaban mereka sama, mereka diperlakukan luar biasa. Dibrengosin, disuruh untuk melepaskan Islam, kemudian menyembah komunisme Cina dan menyembah rezim Cina. Belum lagi masalah sedikit saja mereka sudah disiksa, digantung, bahkan ditenggelamkan di air dengan kursi harimau dan itu bukanlah informasi yang baru sebenarnya. Cuma yang menjadi problem kita kan, siapa yang dapat mencegah?” jelasnya.
Hasbi mengatakan, bahkan sampai hari ini Komisi HAM PBB berusaha masuk ke Cina itu enggak bisa. “Masuk saja untuk tahu ceritanya itu tidak bisa,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengungkap, dunia Islam juga terpecah. Saat ramai-ramainya masalah Xinjiang, koalisi negara-negara Barat seperti AS, Kanada, Selandia Baru, Australia, Jerman dan mayoritas negara Eropa, menyeru kepada PBB untuk menekan Cina terkait dengan Xinjiang. Ada 40-an negara kurang lebih. “Tapi di sisi yang lain, tidak ada satu pun negara Muslim yang ikut tanda tangan meminta PBB untuk menekan Cina,” ungkapnya.
Ia justru heran, malah yang muncul Kuba. Kuba itu mengorganisir atau memobilisasi negara-negara yang membela Cina.
“Yang menyedihkan banyak negara-negara Muslim yang ada di sana. Di sana ada Mesir dan Arab Saudi. Kita tahu Arab Saudi itu kan Sekretariat OKI itu ada di sana. Jadi, kalau ada yang bertanya OKI di mana? Ya tuan rumahnya saja itu Arab Saudi yang menjadi tempat Sekretariat OKI juga membela Cina,” terangnya.
“Gimana dengan Indonesia dan Malaysia? Indonesia dan Malaysia memang tidak bersikap pro atau kontra. Tapi mereka memilih diam,” sesalnya.
Menurutnya, petanya sangat jelas sekali. Banyak sekali negara terutama negara-negara Afrika, negara-negara Amerika Latin, negara-negara Muslim di Timur Tengah yang mendukung Cina. “Mengapa mereka mendukung Cina? Karena mereka sudah menandatangani kontrak-kontrak infrastruktur dan seterusnya, yang membuat mereka akhirnya tidak ada pilihan kecuali harus mendukung Cina,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it