Muslim Masuk Parlemen, Tak Jamin Ubah Pandangan Politik Inggris

Mediaumat.info – Makin banyaknya politikus Muslim memenangkan kursi dalam pemilihan parlemen Inggris, dinilai tak menjamin pandangan politik negara itu bakal berubah terutama terhadap negeri-negeri Muslim.

“Kita tidak bisa berharap bahwa pandangan-pandangan politik atau visi politik Inggris itu berubah dengan banyak caleg (Muslim) ini,” ujar Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi kepada media-umat.info, Jumat (12/7/2024).

Sebab, menurutnya, sebagai negara kapitalis kepentingan Inggris dalam urusan politik luar negerinya sangat didominasi oleh kepentingan imperialistik atau penjajahan.

Dengan kata lain, umat tidak bisa berharap negara kolonial itu akan menghentikan campur tangan atau bahkan menghentikan politik adu dombanya atas negeri-negeri Islam untuk mengeksploitasi sumber daya alam.

Bahkan kalaupun memang caleg yang masuk parlemen lebih banyak lagi Muslimnya, menurut Farid, arah politik Inggris tetap dalam kerangka sekulerisme. “Tidak akan lepas dari itu, tidak lebih dari itu,” cetusnya.

Kendati demikian, jelas Farid, banyaknya caleg Muslim yang masuk parlemen menunjukkan umat Islam di Inggris mulai diperhitungkan secara politik. Terlepas perhitungan dimaksud bersifat pragmatis atau sekadar mendulang suara, maupun bersifat ideologis dalam pengertian mengarahkan pandangan-pandangan politik Islam yang kerap mereka sebut radikal ke dalam sistem demokrasi.

“Dan (ini) cara terbaik untuk kemudian mencegah apa yang sering disebut Barat sebagai sikap politik yang radikal itu adalah dengan merangkul ke dalam sistem politik demokrasi secara legal,” jelasnya.

Terlalu Dini

Karena itu, berkenaan dengan keberadaan caleg Muslim berikut harapan bakal membawa perubahan politik ke arah Islam, kata Farid meragukan, tentu masih terlalu dini untuk melihat hal semacam itu.

Mengingat sekali lagi, Inggris adalah sebuah negara yang ideologis dengan basis politik ideologi kapitalisme. “Kebijakan politik Inggris tetaplah berbasis kepada ideologi kapitalisme, dalam pengertian tetap mempertahankan nilai-nilai penting dari kapitalisme seperti demokrasi, HAM, pluralisme dan sebagainya,” terang Farid.

Untuk itu, ia berharap, umat Islam tak terjebak ke dalam perangkap politik demokrasi, sebagaimana tidak adanya perubahan signifikan sejak Sadiq Aman Khan, seorang Muslim pertama yang menjabat Wali Kota London pada 2016 lalu.

Malahan, diterimanya Sadiq Aman Khan sebagai wali kota ketika itu misalnya, dinilai karena pandangan yang pluralis seperti pro terhadap LGBT, maupun pandangan liberal lainnya. “Sadiq Khan diterima karena pandangannya yang pluralis pro terhadap gay misalkan, dan pandangan-pandangan liberal lainnya,” ungkap Farid.

Dengan demikian, kembali Farid menegaskan, banyaknya caleg Muslim masuk ke sistem semacam demokrasi tak akan berarti selama tidak membawa perubahan signifikan terhadap umat Islam. “Apalah artinya masuk ke dalam sistem politik seperti itu kalau tidak membawa perubahan yang signifikan terhadap politik umat Islam yang sejati,” tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 25 politikus Muslim memenangkan kursi dalam pemilihan parlemen Inggris, sebuah capaian yang mencetak rekor sejarah di negara itu sejak 2019 lalu.

Outlet berita Muslim, Muslim Network melaporkan, mereka yang terpilih, 18 di antaranya berasal dari Partai Buruh, dua dari Partai Konservatif, satu dari Demokrat Liberal, dan empat independen.

Mereka terpilih menjadi anggota House of Commons, majelis rendah parlemen Inggris, yang pada 2019 hanya ada 19 Muslim saja. [] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: