MUM Sebut Tiga Agenda Terselubung di Balik Kunjungan Paus

 MUM Sebut Tiga Agenda Terselubung di Balik Kunjungan Paus

Mediaumat.info – Setidaknya ada tiga agenda terselubung di balik ‘selebrasi’ penyambutan Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus yang melakukan tur apostolik ke Indonesia. Hal itu dinyatakan Direktur Mutiara Umat Institute (MUM) Ika Mawarningtyas dalam Live Kritik ke-32: Gejolak Kedatangan Paus Fransiskus, Toleransi atau Selebrasi? di kanal YouTube TintaSiyasi Channel, Kamis (12/9/2024).

Pertama, kunjungan Paus tersebut mempromosikan pluralisme yang bisa mengacaukan akidah kaum Muslim.

Kedua, sinkretisme yaitu upaya mencampuradukkan cara ibadah Nasrani dengan Islam yang dipertontonkan di publik dan seolah-olah diklaim sebagai sikap toleransi. “Padahal itu adalah toleransi yang kebablasan, offside!” katanya.

Ketiga, moderasi beragama. “Tampak sekali kunjungan Paus ini ingin mengukuhkan potret moderasi beragama, terlihat dalam acara dialog antarumat beragama. Dialog beragama bertujuan memasukkan ide-ide Barat,” imbuhnya.

Serangan Asing

Analis MUM Nahdoh Fikriyah Islam, narasumber kedua dalam diskusi tersebut menyampaikan, kunjungan tokoh utama Vatikan terkesan tidak lepas dari serangan pemikiran, peradaban, dan tsaqafah asing yang menyasar umat Islam di Indonesia.

“Sebenarnya ini bukan kedatangan yang pertama. Kalau tidak salah, untuk Indonesia sendiri, ini sudah kunjungan ketiga. Jadi ya, seperti ada misi atau agenda yang sudah disusun untuk membawa ide-ide yang sebenarnya tidak dikenal dalam khazanah Islam, seperti toleransi, yang hakikatnya adalah upaya untuk pendangkalan akidah Islam,” sambungnya.

Tidak hanya itu, ia mengungkapkan, latar belakang kunjungan Paus sempat dimuat dalam pemberitaan adalah wujud rasa senang dengan melihat perkembangan umat Kristen di Indonesia, yang ditandai dengan bertambahnya jumlah gereja-gereja yang dibangun.

“Sangat kontras dengan Eropa atau Barat, yakni gereja-gereja makin sepi dan banyak dijual. Sebagian dibeli umat Islam untuk diubah jadi masjid,” katanya.

Ia menduga secara politik global, ada semacam ingin membalas umat Islam dengan cara yang paling halus, yaitu menanamkan sekularisme dan pluralisme, agar umat Islam tidak lagi merasa agamanya superior dan menerima paham semua agama sama.

“Justru secara pribadi mengingatkan saya dengan dendam Perang Salib. Dalam kitab Ad-Daulah al-Islamiyyah karya Syekh Taqiyuddin an-Nabhani menjelaskan, Barat sekuler itu menggunakan agama Kristen sebagai alat untuk membuat mereka membangkang kepada khalifah hingga muncullah Perang Salib. Sebelumnya, tidak ada masalah bagi mereka berdampingan dengan umat Islam dalam khilafah,” pungkas Nahdoh. [] Malika

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *