Menyikapi Ijtima’ Ulama IV dan masa depan perpolitikan Indonesia, Ulama Jatinangor, Sumedang menggelar Muttaqa, Ahad 25 Agustus 2019.
Hasil Pilpres 2019 yang memenangkan kembali petahana nampaknya tidak lantas membuat kondisi perpolitikan Indonesia menjadi stabil. Salah satunya ditandai dengan adanya Ijtima’ Ulama IV dimana para ulama menyayangkan hasil Pilpres 2019 yang syarat dengan kecurangan dan ketidakadilan serta terus berlangsungnya persekusi terhadap para ulama dan aktivis yang menyuarakan keadilan.
Mensikapi hal tersebut ulama Jatinangor dan Sukasari, Sumedang melaksanakan Multaqo Ulama yang bertempat di PP Darulbayan Sumedang. Hadir pada acara tersebu KH. Ali Bayanullah, Al Hafidz (Pimpinan PP Darulbayan Sumedang) sebagai pembicara pertama.
Dalam materinya beliau menyampaikan bahwa pasca Pilpres 2019 kondisi perpolitikan semakin memanas hal tersebut ditandai dengan terus berlangsungnya persekusi terhadap para ulama dan aktivis, serta keadilan yang tidak kunjung hadir di negeri ini. Sehingga para ulama merasa geram dengan hal ini. Munculah Ijtima’ Ulama IV yang hasilnya memuat kekecewaan dan masukan dari para ulama untuk kebaikan negeri ini. Hasil yang paling menohok selain menuntut keadilan juga disinggungnya kewajiban khilafah, yang saat ini sedang menjadi perbincangan hangat di negeri ini khususnya dan dunia internasional pada umumnya.
Ini menunjukan masyarakat sudah semakin paham dan menerima terhadap khilafah yang merupakan ajaran islam.
Hadir sebagai pemateri kedua DR. M. Riyan, M.Ag. (Pemerhati Politik Islam). Beliau menyampaikan bahwa kondisi Indonesia hari ini sangat memprihatinkan. Dilihat dari ekonomi negeri kita sedang dalam cengkeraman kapitalisme. Kekayaan alam yang harusnya dinikmati oleh masyatakat nyatanya banyak yang dikuasai asing, impor yang bahkan menyasar barang-barang hasil bumi. Pada akhirnya membuat para petani harus bersaing dengan produk impor. Dilihat dari kondisi sosial megeri ini sudah sangat carut marut dengan semakin berkembangnya LGBT, perzinaan dimana-mana.
Bahkan kriminalisasi menjadi makanan sehari-hari yang sangat merendahkan martabat manusia terkhusus umat islam. Sementara dari segi perpolitikan negeri kita berada dalam kondisi gawat. Rezim hari ini masih sangat represif terhadap ajaran islam dan cenderung menggunakan kekuasaan untuk menghantan lawan politik terlebih yang gencar menyuarakan Islam.
Di tengah situasi seperti ini nampaknya rezim ini berani bertaruh besar dengan menyerang ajaran islam. Padahal dengan sikap rezim seperti itu, rakyat semakin paham bahwa islam yang semakin dikriminalisasi sebenarnya adalah ajaran yang haq bahkan bukan hanya dalam ranah individu tapi juga dalam ranah bernegara. Melihat situasi seperti ini menjadikan umat islam semakin merindukan hadirnya institusi islam yang akan menaungi negeri ini dengan Islam yang akan mengantarkan umat islam kembali pada posisinya sebagai umat terbaik.
Bahkan kata beliau, perubahan Indonesia ke depan adalah perubahan dengan tegaknya islam. Beliau pun menantang para tokoh yang hadir, melihat perubahan tersebut dimana posisi para tokoh berada? Ikut dalam perubahan menuju islam atau menjadi penghalang tegaknya islam?, tegas beliau.
Selain itu, acara ini semakin hangat dengan banyaknya tokoh yang ikut memberikan sumbangsih pemikiran dan saling menguatkan bahwa islam merupakan satu-satunya pemersatu yang akan menjadikan kita menjadi umat yang mulia dan dengannya pula negeri ini akan mulia.[]
Sumber: shautululama.co