Ulama dan Asatidz di wilayah Gua Selarong (Markas Gerilya Pangeran Diponegoro) dan sekitarnya menggelar Multaqo Ulama Diponegaran, pada Rabu, 6 Juni 2018.
Multaqo ini diadakan dalam rangka menyampaikan sikap kritis terhadap kejadian yang menimpa negeri ini, terkait tindakan terorisme yang terjadi di beberapa tempat menjelang bulan Ramadhan 1439 H.
Dalam kesempatan itu, hadir sebagai pembicara Ustadz Sidiq Al Bantuly (Pengasuh Majlis Idrak Silah Billah), Ustadz Dr Kintoko (Pimpinan Ponpes Abdurahman Ali, Giri Mulyo, Kulon Progo), Ustadz Muhammad Hanif (Mubaligh dari Sedayu), Ustadz Kusnadi (Pengasuh Majlis Ta’lim Guasari, Pajangan), Ustadz Parjono (Pengasuh Majlis Komara, Sedayu), Ustadz H. Rahmat Subardjo (Mubaligh dari Kasihan), Ustadz Slamet Ahmad (Tokoh masyarakat).
Ustadz Sidiq Al Bantuly menyampaikan,
“Terorisme bukanlah ajaran Islam. Islam melarang membunuh jiwa yang diharamkan Allah dan menjaga jiwa. Bukan hanya jiwa muslim, namun orang kafir pun dilindungi dalam Islam. Sungguh fitnah besar, jika isu terorisme digunakan untuk menyudutkan Islam dan para pengembannya.”
Sedangkan Ustadz Dr. Kintoko menyampaikan,
“Tidak ada terorisme berlabel Islam di Indonesia, yang ada adalah sebuah proyek untuk mengegolkan sebuah kepentingan dan undang-undang. Kalaupun ada muslim yang melakukan tindakan tersebut pasti ia telah dicuci otaknya. Seorang muslim tak mungkin mengorbankan surga dengan tindakan konyol.”
Ustadz Muhammad Hanif menambahkan
“Mengkaitkan terorisme dengan perjuangan syariah dan khilafah adalah sebuah makar yang sangat keji.”
Ustadz Kusnadi menyampaikan,
“Sejak awal isu terorisme ini digulirkan (pasca 911) maka tujuannya jelas, yaitu sebagai alat untuk memukul dan mengkriminalisasi para pejuang Islam.”
Ustadz Slamet Ahmad menyampaikan,
“Para pengemban dakwah harus lebih giat lagi berjuang menyampaikan dakwah syariah dan khilafah ke umat. Menerangkan isu dan makar apa yang sedang terjadi sehingga umat bisa tercerahkan.”
Ustadz H Rahmat Subardjo menyeru kepada semua yang hadir,
“Ikutilah jejak perjuangan Pangeran Diponegoro. Beliau ikhlas berjuang menegakkan Islam. Walaupun beliau harus meninggalkan kemewahan dan kehidupan keraton. Beliau tetap istiqomah walau dimusuhi Belanda dan pribumi yang menjadi antek-antek penjajah Belanda, demi perjuangan Islam.”
Pembicara terakhir ustadz Parjono menyampaikan,
“Sangat dibutuhkan adanya kelompok yang berani membongkar makar-makar jahat musuh-musuh Islam. Dan ulama harus siap menjadi garda terdepan mendidik masyarakat dengan Islam. Dan perlu juga kita ingatkan isu terorisme sangat kental muatan politik, oleh karena itu ulama harus menyeru kepada umat untuk tidak mendukung dan memilih partai dan calon yang diusung oleh rezim yang benci terhadap Islam.”[]
Sumber: shautululama.com