Momentum akhir pekan di awal bulan Shafar dimanfaatkan para ulama berkumpul dalam acara Multaqa’ ulama di kediaman Ustad Arif surahman, tepatnya Ahad, 14 Oktorber 2018. Acara yang digelar pada malam hari itu dalam rangka memperkokoh aqidah islam, menjelaskan kewajiban seorang muslim untuk tunduk dan terikat hanya pada syariah Islam dan membahas pentingnya mendakwahkan tegaknya Khilafah Islamiyah.
“Di akhir zaman, syariat dan tuntunan dari Rasulullah SAW, banyak ditinggalkan, diabaikan, bahkan dikriminalisasi. Berbagai persekusi terhadap sejumlah ulama, kyai dan aktifis Islam, menjadi indikasi untuk menghadang kebangkitkan umat islam”, terang Ustad Musthofa salah satu mubaligh dari Menganti sebagai kalimat pembuka.
Acara ini dihadiri tak kurang dari 45 mubaligh, seperti KH. Muhajir, Kyai Fatkhurahman, S.Ag, ust. Muhammad Zuhri, Ust. M. Ali Zakaria, Ust. Abdus Salam, Ust. M. Mufid, Bapak Rudi Takmir Masjid Kota Damai, KH. Farhan dari Driyorejo, Ust. Assadullah, Ust. Arif Subkhan, Ust. M. Fatih, Ust. Fachrudin Nurul Aviv, Abah Imam Ahmad, dan Ust. Husein umar.
Dengan lantunan merdu Ustad Muhammad Munir membacakan surat al Baqarah ayat 208–210, lalu dilanjutkan dengan sambutan Ustad Muhammad Najib pengasuh Majelis Taqorrub Ilallah Gresik.
“Agama adalah pondasi/pokok-nya (ushul) sedangkan penguasa adalah penjaganya. dan apa-apa yang tidak ada pondasinya maka dia akan runtuh sedangkan apa-apa yang tidak memiliki penjaga maka dia akan lenyap”, terang Abah Najib menukil dari kitab Ihya’ulumudin karya Imam Al Ghozali.
Selanjutnya beliau mengajak kepada para hadirin untuk senantiasa tetap istiqomah berdakwah, karena janji Allah SWT akan memenangkan dan mengagungkan para pejuangnya. Para ksatria yang hanya mengharap ridlo-Nya dengan didasari kokohnya iman, kesabaran dan keihlasan dalam berjuang, tambah Abah Najib
Kyai Adam Cholil, selaku nara sumber pertama menyampaikan:
“Sebagian kalangan mengira bahwa keterpurukan dan keterbelakangan yang menimpa kaum muslim diakibatkan rendahnya akhlak, kemiskinan dan kebodohan. Padahal pemicu utama kondisi saat ini sebenarnya adalah ketika kaum muslim meninggalkan agama Islam sendiri. Karena kebangkitan dan kejayaan suatu kaum terletak pada aqidah atau ideologinya. Yakni pemahaman seseorang terhadap fakta yang didasarkan pada dalil yang qath’iy tentang alam, manusia, kehidupan serta hubungan ketiganya baik sebelum maupun sesudahnya”,
Kemudian Kyai Adam, sapaan Pengasuh Majelis Kaklim Tanbihul Ghafilin Gresik, menambahkan bahwa di dunia hanya ada 3 aqidah/ideologi yakni Islam, Komunis, dan Kapitalis. Untuk ideologi komunisme menitik beratkan pada persamaan yang semu yakni, sama-rata, sama-rasa, dan sama-suka. Ideologi kapitalisme menekankan pada kekuatan modal dan kebebasan berperilaku, berpendapat, dan berkepemilikan harta. Sedangkan Ideologi Islam bersumber dari wahyu Illahi dan risalah Nabi Muhammad SAW, yang mengatur segala aspek kehidupan dan kebutuhan hidup manusia, dari bangun tidur hingga menjelang tidur kembali.
“Untuk ideologi kapitalis saat ini diemban/diterapkan oleh banyak negara dan digawangi Amerika Serikat, Inggris dan negara–negara Eropa Barat. Sementara ideologi komunis diemban/diterapkan oleh beberapa negara termasuk RRC, Korea Utara dan Rusia. Sedangkan ideologi Islam saat ini tidak ada negara yang mengemban/menerapkannya, sejak runtuhnya Daulah khilafah ustmani pada tahun 1924”, pungkas Kyai Adam.
Dilanjutkan dengan pemaparan dari Kyai Abdul latif, Pengasuh Majelis Taklim Al Latif Gresik, yang menguraikan kewajiban seorang muslim untuk terikat dan tunduk pada syariat Islam. Karena syariat Islam mengatur segala aspek kehidupan baik hubungan manusia dengan Sang kholiq (Pencipta), hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan manusia lainnya.
Syariat Islam itu bagaikan kepingan puzzle, apabila tidak diterapkan secara kaffah maka tidak akan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Sehingga keberadaan institusi yang menerapkan syariah Islam secara kaaffah wajib hukumnya, tegas Kyai Latif.
KH. Iffin Masrukhan (Pemangku Majelis Taklim Tafaquh Fiddin) mengajak kepada seluruh peserta yang hadir untuk mengokohkan silaturrahim dan dakwah.
“Memperjuangkan tegaknya khilafah tidak bisa dilaksanakan oleh beberapa kaum muslimin saja, tetapi membutuhkan kesadaran pemikiran dan perasaan seluruh kaum muslimin. Dengan begitu kerinduan untuk menerapkan peraturan atau syariat Islam yang bersumber dari wahyu Allah menjadi kesadaran umum bukan individu saja”, terang Abah Iffin.
“Meskipun perintah dakwah itu termasuk ke dalam ranah fardu kifayah, tetapi selama kewajiban itu belum terlaksana atau terwujud maka kewajiban tersebut menjadi fardu a’in. Selain itu, aktivitas dakwah merupakan aktivitas yang mulia karena merupakan aktivitas yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul, sahabat dan para ulama. Sebagaimana yang dilakukan oleh ulama ahlu sunnah wal jama’ah seperti sunan atau Wali Songo di negeri ini”, tegas Abah Iffin.
Saking guyubnya acara tersebut, sehingga tak terasa waktu menuju larut malam, dan sebagai penutup KH. Muhajir didapuk untuk memimpin doa. selanjutnya dilakukan foto bersama untuk memperat silaturrahim diantara para peserta.[]
Sumber: news.shautululama.org