Ketika para ulama bertemu, ketika para ulama bersama dan ketika ulama bersatu, pasti ada sesuatu yang luar biasa yang terjadi. Umat sedang didera kekurangan dan kefakiran. Umat sedang gelisah, umat sedang terdzolimi. Hal tersebut dapat dirasakan oleh ulama khalis.
Maulid Nabawi asy Syarif Sayidina wa Maulana Rasulullah adalah titel yang dipilih dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad saw 1441 di ndalem (kediaman) KH. Toha Kholili (17/10).
Tidak kurang dari 700-an ulama dari seluruh pelosok Indonesia, di antaranya dari Medan, Babel, Lampung, Banten, Jakarta, Bogor, Yogya, Kediri, Malang, Surabaya, Jember dan Madura. Perwakilan ulama Kalimantan dari Kaltim dan Kalsel, dan ulama Sulawesi diwakili dari Makassar.
Ketika Kyai Toha sebagai shahibul bait menyampaikan sambutannya, Kyai sharing pengalaman spiritualnya, seperti merasakan kehadiran Syaikhona Kholil dengan pesan, ” Kenapa kamu terlambat untuk bergabung dalam perjuangan khilafah.”
Kyai Fajar Abu Inas diberi kesempatan sebagai shahibul hajat, bahwa kaum muslimin sebagai umat terbaik khairu ummah, aimmah/pemimpin dan junnah/perisai. Beliau juga menyampaikan sebuah makalah ulama yang artinya : manusia semuanya mati, kecuali ulama.
Semua ulama tidur, kecuali yang bergerak dan berjuang. Semua ulama berjuang terperdaya dunia, kecuali ulama akhirat yang ikhlas. Mereka akan berjuang tanpa keraguan sedikitpun, karena bisyarah nubuwah menjanjikan kabar kemenangan bagi kaum muslimin dengan tegaknya khilafah ala minhajin nubuwah.
Setelah penyampaian kalimah minal ulama, peringatan maulud ditutup dengan doa. []