Pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid yang sejak kemarin viral di media sosial, telah memancing kecaman dari berbagai pihak. Terutama, kalangan umat Islam.
Dalam video berdurasi 02.05 menit itu tampak orang-orang berpakaian seragam Bantuan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) tengah aksi membakar bendera dimaksud. Disebutkan pembakaran terjadi saat peringatan Hari Santri Nasional (HSN) ke-3 di Alun-Alun Blubur Limbangan, Kabupaten Garut.
“Kenapa Banser akhir-akhir ini sering buat masalah ya? Tentu NU perlu introspeksi karena ormas tergantung pembinanya,” ujar pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Anton Tabah Digdoyo kepada redaksi, pagi ini (Selasa, 23/10).
Anton mencatat, ulah oknum Banser belum lama ini di Surabaya, hingga menghalang-halangi pengajian dan menuduh ustad intoleran radikal. “Ternyata tak sadar yang radikal dan intoleran siapa?” kritiknya.
Bahkan konon ada oknum Banser menyita bendera Palestina yang dibawa oleh seseorang. “Apa kewenangan Banser sampai nyita bendera Palestina segala, apalagi bendera tersebut tidak sedang dikibarkan? Apalagi Palestina adalah negara pertama yang akui NKRI merdeka lalu diikuti Saudi Arabia dan lain-lain,” tanyanya.
Bendera Republik Rakyat Tiongkok dan Israel yang marak di Indonesia justru tidak diperrmasalahkan. Padahal dua negara itu tak pernah berjasa untuk NKRI. Atau, lanjut Anton, bendera Partai Komunis Indonesia (PKI) yang jelas dilarang UU pun dibiarkan.
“Hari ini Banser buat ulah lebih ekstrim di luar nalar, membakar bendera tauhid yang sangat dimuliakan umat Islam di dunia, bahkan sampai akhirat. Kenapa Banser jadi sesat akal separah ini?” kecam Anton.
Menurut Anton, apapun alasannya,membakar kalimat tauhid tak bisa diterima oleh umat Islam se-dunia.
“Katanya bendera HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) lah dan lain-lain? Padahal tak ada tulisan HTI sama sekali,” tegas purnawirawan polisi ini.
Anton mengingatkan, bendera bertuliskan kalimat tauhid di masa Rasulullah, harus tetap berkibar apalagi dalam perang.
Pengalaman dia, baik Polri maupun TNI jika menghadapi kasus yang terpaksa melibatkan bendera bertuliskan tauhid pasti memperlakukannya dengan hati-hati. Bendera dibawa ke kantor dengan sangat hormat.
“Ini Banser yang jelas ngaku muslim kok malah berani membakarnya? Apakah ini efek kesalahan Banser yang berulang-ulang seolah-olah dibiarkan akhirnya fatal juga,” imbuhnya.
Ia ingat bulan lalu, tiga pemuda di Nganjuk, Jawa Timur, dipidana hanya karena membakar bendera NU.
“Kini banser membakar bendera tulisan tauhid yang marah umat Islam se-dunia maka harus dihukum lebih berat,” pungkasnya.[]
Sumber: rmol.co