Mudzakaroh ‘Ulama Yogyakarta: Taubat Mengubah Musibah Menuju Berkah

Mediaumat.news – Bencana yang terus melanda negeri ini merupakan akibat dicampakkannya  syariat  Allah  SWT. Hanya dengan bertaubat kepadaNya semua yang terjadi akan menjadi kebaikan. Inilah yang  mengemuka dalam Acara Mudzakarah Ulama yang bertajuk “Dari musibah menuju berkah, Muhasabah awal tahun 2019” di Gedung PDHI “Sasonoworo” Yogyakarta(12/1)

“Seorang muslim ketika melihat musibah berbeda dengan orang berpaham sekulerisme. Mereka akan melihat fenomena ini tidak mengaitkan dengan agama. Bagi  muslim, yang memiliki Quran dan Hadist, ada hubungan antara musibah dan ketaatan kita”. Papar KH. Siddiq Al-Jawi dalam Majelis yang  dihadiri oleh Ulama dan Asatidz Yogykarta tersebut. Acara ini juga dihadiri Habib Nahl Al Attas, beliau menjelaskan tentang musibah yang menimpa Indonesia beberapa waktu terakhir ini harus dimaknai bukan hanya fenomena alam semata. Musibah itu berasal dari Allah SWT, maka sikap kita yang tepat adalah bersabar dan ridho karena Allah menjanjikan kita manusia akan diuji oleh berbagai macam musibah, dan berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar yang mengatakan innalilahi wa innailaihi rajiun.

Musibah lain yang sangat mengerikan adalah musibah dikarenakan perbuatan kita. Untuk yang ini kita harus instrupeksi diri, kembalikan diri kita kepada Allah.

Kita harus kembali ke jalanNya. AlQuran dan AsSunnah. Pertama, melakukan amar makruf dan nahi mungkar tanpa pandang bulu. Kedua, melakukan hukuman yang tegas sejalan dengan aturan Allah. Itulah kunci yang sebenarnya. Kita harus kembali  kepada Islam, kita tinggalkan aturan yang tidak sesuai dengan islam.

Di akhir sesi beliau, Habib Nahl menyatakan, “peran kita sebagai pendakwah adalah agar seluruh isi Quran dan Sunnah dijalankan di bumi kita ini, insya Allah dengan institusi yang tepat sebagaimana  dicontohkan Rasul dan para sahabatnya, yaitu Khilafah. Khilafah  adalah perisai, menyatukan umat di dunia.”

Pendapat tersebut diperkuat oleh KH. Siddiq Al Jawi. Allah menurunkan musibah mengaitkannya dengan kemaksiatan riba dan zina. Dua fenomena ini saja memang sudah merajalela.

Riba juga dilakukan oleh pemerintah. Tahun 2018, bunga utang yang harus di bayar  pemerintah, 258T. pokok utang sekitar 800T, Pelaku riba yang paling dahsyat adalah pemerintah. Utang luar negeri itu haram karena pasti ada riba, dan ada syarat menghilangkan kedaulatan negara yang meminjam. Praktek perzinaan, terbongkar prostitusi online baru baru ini sebagai bukti  bahwa dua hal ini telah marak di tengah-tengah masyarakat.

Disinilah kita harus menyadari, bukan semata fenomena alam. Ini adalah bagian dari azab Allah yang diberikan kepada Indonesia. Menanggulangi bencana tidak hanya dengan fisik, namun harus dilihat disekitar mereka atau secara umum apa yang masih menjadi maksiat, prostitusi, riba, harus dihapuskan. Melihat musibah itu harus secara utuh.

Kita sebagai muslim, harus berfikir bagaimna ke depannya, berarti apa  saja yang menjadi penyimpangan harus dihapuskan, tidak mudah karena menyangkut peraturan perundang-undangan. Kemaksiatan ini dilindungi undang-undang, dan harus diketahui ini adalah produk demokrasi.

Ada dua upaya yang harus ditempuh, pertama upaya jangka  pendek. Upaya ini berupa meluruskan para pemimpin. Kepemimpinan ini  harus dibenarkan.Saat ini  kepemimpinan anti islam. Buktinya, kriminialiasasi ulama dan kriminalisasi ormas islam. Padahal Ormas Islam itu semata menyerukan khilafah, yang itu ajaran islam.

Kedua, upaya jangka panjang yaitu mengubah sistem. Demokrasi harus dihapus karena menjadi penyebab kemaksiatan legal. Demokrasi melahirkan berbagai Undang – undang yang ada melindungi kemaksiatan.

Saat ini Sistemnya rusak, pemimpinnya lebih rusak, jika tidak dihentikan akan sangat berbahaya sekali. Kuncinya, Kita harus beriman dan bertaqwa.” Tutup Ustadz Siddiq Al Jawi.[]

Share artikel ini: