Sabtu 19 Oktober 2019 para ulama, kyai, asatidz di sekitar Bojonegara dan Cilegon berkumpul kembali dalam acara Mudzakarah Kyai dan Aktivis Islam (MKAI) #3.
Bertempat di Masjid Yayasan Madinatul Ma’arif, Ragas, Kab. Serang, MKAI dengan tagline Merajut Ukhuwah, Membangun Peradaban Islam ini mengangkat tema: Kedaulatan Ekonomi Dan Pemberdayaan Umat.
Acara yang dimulai pukul 12.45 ini diawali dengan tilawatil qu’ran oleh Ananda Mushab, yang dilanjutkan pemaparan materi oleh Dr. Hadi Sucipto, SE., M.Si (Dosen Untirta). Beliau memulai dengan menceritakan dominasi Barat dalam perkara ekonomi, dimana ekonomi Islam sangat dipinggirkan. “Mulai dari jenjang sekolah menengah sampai dengan kuliah tinggi, semuanya berkiblat pada ekonomi Barat” tutur beliau.
“Akibatnya sekarang terasa iuran BPJS naik, TDL naik, pajak kendaraan naik dll. Semuanya untuk keuntungan para kapitalis. Kehidupan umat Islam semakin sulit, karena semua serba mahal sekarang. Padahal Allah SWT telah berfirman:
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ … ٤١
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia…” [TQS. Ar-Rum: 41].
Setiap muslim semestinya mengikuti petunjuk yang diperintahkan Allah SWT, termasuk dalam hal ekonomi.” lanjut beliau.
“Barat benar-benar telah mencegah umat Islam untuk maju, dengan menjadikan umat Islam hanya fokus pada perkara ibadah individu tanpa harus terlibat dalan urusan politik dan ekonomi” jelas beliau. Padahal umat Islam harusnya mengatur urusan politik dan ekonomi sesuai Islam, papar beliau. Beliau juga menyampaikan bahwasanya umat Islam sejatinya berserikat pada 3 hal, yaitu: tanah, air, energi. Tapi sekarang itu semua dikuasai oleh kapitalis yang berkiblat ke Barat.
Beliau lalu menjelaskan dampak kerusakan hutan salah satu yang paling terasa belakangan ini, karena kepemilikan lahan hutan yang dikuasai korporasi kapitalis. Mata air yang menjadi hajat hidup orang banyak dikelola oleh swasta asing. Sumber daya energi malah sangat sedikit sekali manfaatnya bagi umat Islam.
Disisi, lanjut beliau, pemerintah menggalakkan pembangunan infrastruktur yang massif tapi tanpa perencanaan yang baik dan berbasis hutang. Padahal hutang Indonesia saat ini sudah ada di angka Rp 5.569 Triliun. Harusnya umat Islam memiliki peranan besar dalam mengelola ekonomi berdasarkan syariah Allah SWT, di akhir pemaparan beliau.
Pada sesi tanggapan pertama, KH Farid Ma’ruf menyoroti lemahnya umat Islam dalam praktek ekonomi Islam. Umat lebih banyak membahas perkara teori saja. Kemudian H Nasri menanggapi tentang jebakan modal rentenir dalam bisnis waralaba. Dimana umat Islam tetap menjadi pihak yang dirugikan, sementara para kapitalis berjaya.
Sementara H. Mustajib memberi tanggapan agar umat Islam ada dikekuasaan, agar dapat mengatur ekonomi umat sesuai syariah Allah SWT, sehingga terlihat adanya perubahan. Cilegon yang dulunya terkenal dengan kota santri kini berubah menjadi kota industri, dan lagi-lagi semuanya dikuasai orang asing.
Dr. Hadi Sucipto, SE., M.Si kemudian menjelaskan bahwa kekuasaan itu penting, tapi juga penting untuk merubah pemikiran masyarakat agar mau terikat dengan hukum Allah SWT. Sehingga pengelolaan ekonomi bisa sesuai Islam. Faktanya, tutur beliau, umat Islam saat ini masih banyak yang jauh dari perilaku Islami. Betapa mudahnya transaksi suap-menyuap terjadi saat proses melamar pekerjaan dst. Umat diam saat kemaksiatan merajalela. Ini semua terjadi karena umat Islam jauh dari Syariah-Nya.
Umat tidak bisa lagi berharap pada anggota dewan, yang banyak melakukan politik transaksional untuk menuju kekuasaan, lanjut beliau.
Pada sesi tanggapan kedua, Ustadz Hudhori mencontohkan pengelolaan ekonomi yang adil dimasa Khalifah Umar bin Khaththab, bahkan kepada kaum Yahudi. Ini terjadi saat Islam dijadikan aturan pemerintahan dan ekonomi umat. Lalu KH Asmuni berharap agar acara ini bisa membekas dalam benak setiap peserta, dan menyampaikannya kepada umat, bahwa masalah dan kesulitan yang terjadi saat ini karena umat dikurung oleh Demokrasi. Dan ekonominya berisi pemikiran liberal dan kapitalis. Sudah seharusnya umat berharap hanya pada hukum-hukum Allah SWT yang mengatur kehidupan, karena dengannya umat Islam menjadi sejahtera.
Selanjutnya KH. Fathoni menyampaikan bahwa dimasa saat ini ulama bukan dijadikan rujukan umat ketika bertanya tentang hukum. Ulama hanya dijadikan tameng untuk meraih kekuasaan dunia saja. Maka tidak heran jika kemudian Allah SWT mencabut keberkahan pada umat dan umat dipimpin oleh pemimpin yang dzalim.
H. Ali Mustofa (FSPP Banten) mengapresiasi acara yang terselenggara ini sebagai bentuk kepedulian ulama ditengah-tengah hiruk pikuk dakwah yang terpecah-belah dan saling membanggakan kelompoknya. Beliau juga menyampaikan bahwa sesungguhnya dalam Sistem Islam, Allah SWT lah yang memiliki kekayaan alam umat manusia. Maka adalah hak Allah SWT untuk mengaturnya dalam konteks Pemerintahan dan Ekonomi Islam.[]