Mediaumat.id – Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menyampaikan, Nabi Muhammad SAW yang menjadi nomor satu paling berpengaruh menurut buku The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History (Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia) karya Michael H. Hart, semestinya menjadi teladan bagi siapa saja yang ingin menjadi pemimpin layaknya beliau.
“Kalau Michael Hart ini menyebutkan, ini (Muhammad SAW) pemimpin yang berpengaruh mestinya kan kalau ada orang yang ingin menjadi pemimpin yang berpengaruh kiblatnya ke mana? Kan ke situ,” ujarnya dalam acara Maulid Leadership Forum (MLF) 1444 H: Kepemimpinan Islami Meraih Islam Kaffah yang diselenggarakan secara daring, Sabtu (8/10/2022).
Perlu diketahui, lanjutnya, alasan ketika si penulis buku tersebut menempatkan nama Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh paling berpengaruh nomor satu di dunia, sebagaimana Michael sendiri berkata, dikarenakan keberhasilannya memberikan pengaruh secara religius maupun sekuler, yang bermakna aspek-aspek keagamaan dan keduniaan.
“Nabi ini telah berhasil melakukan sebuah, kalau istilah materi tadi itu transformasi, itu transformasi spiritual dan material,” papar UIY, memaknai alasan tersebut.
Tranformasi spiritual sendiri, kata UIY, berarti telah membawa manusia yang pada waktu itu hidup di dalam pandangan kejahiliahan yang bertumpu pada hal-hal bersifat material menjadi memiliki pandangan yang bersifat spiritual atau lebih ke pandangan akhirat.
Pandangan akhirat sendiri, menurut UIY, penting sekali. Pasalnya hal itu yang membedakan antara peradaban yang dibangun Nabi SAW dengan peradaban-peradaban lainnya.
Sedangkan tranformasi material, lebih kepada peradaban manusia yang berpandangan dunia. “Artinya bahwa kepemimpinan yang dibangun oleh Rasulullah SAW itu adalah kepemimpinan yang bisa dijajaki di dunia ini,” terangnya.
Sebelumnya, perlu diketahui pula, ketika meluncurkan bukunya di tahun 1978, Astrofisika Yahudi-Amerika tersebut sempat ditertawakan. Tetapi dia bilang, “Anda boleh menertawakan tapi coba perhatikan ini orang (Muhammad SAW) kalau seumpamanya dia itu penipu, tidak mungkin dia menipu segitu banyak orang, segitu lama,” kata UIY menirukan.
“Memang betul ini hari kan 1,7 miliar. Apa iya 1,7 miliar itu semuanya tertipu?” tambahnya, membeberkan jumlah pemeluk Islam di seluruh dunia hingga detik ini yang diketahui makin bertambah.
Sementara pengikut Nabi Muhammad SAW, kata UIY dalam acara yang ditonton lebih dari dua puluh empat ribu viewers itu, tidak hanya hari ini yang mencapai angka tersebut. Tetapi sudah sejak 1400 lalu, yang berarti sudah sangat lama berlalu.
“Itu saya kira jawaban yang sangat logic (masuk akal) yang membuat para hadirin yang hadir pada waktu itu terdiam bahwa apa yang dikatakan oleh Michael Hart itu sesuatu yang memang punya alasan kuat,” tandasnya.
Sehingga pencantuman nama Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh paling berpengaruh nomor satu tersebut, tidaklah secara sembarangan. Sebabnya, dimensi spiritual material dan personal yang dibawanya mampu bertransformasi baik dimensi personal terlebih komunal.
Artinya Nabi Muhammad SAW bukan hanya ‘menggarap’ orang per orang. Tetapi berdakwah kepada manusia secara keseluruhan atau masyarakat ketika itu.
Sehingga benarlah dari segi jumlah umat Islam sampai hari ini sudah membuktikan kemampuan energi transformasi dimaksud.
Kemudian kelebihan berikutnya, energi itu terus berjalan kendati Nabi SAW telah wafat. Serta untuk menghentikan transformasi itu, lawan-lawan dari peradaban Islam melakukannya dengan berbagai cara.
“Coba siapa di muka bumi ini yang memiliki kekuatan perubahan yang begitu besarnya melebihi beliau?” cetus UIY.
“Sampai-sampai sudah 1400 tahun meninggal, tetapi gerakan transformasinya terus mengalir bahkan dalam skala yang mungkin orang itu sampai tidak bisa menjelaskan kenapa bisa sampai seperti itu, melihat orang-orang itu bisa berubah,” ulasnya.
Artinya, tegasnya sekali lagi, jika ada pemimpin yang ingin memiliki pengaruh baik misalnya, mestinya berkiblat kepada Nabi Muhammad SAW.
Makanya ia heran lantas menyebut aneh, ketika seorang pemimpin Muslim tak meniru kepemimpinan beliau. “Kalau tidak meniru Nabi, lalu meniru siapa?” pungkasnya.[] Zainul Krian