Mimpi Buruk Barat

Oleh HM Ali Moeslim (Penulis Buku Revolusi Tanpa Setetes Darah)

BERBICARA “Barat” masa-kini berarti berbicara Imperialisme dan hegemoni Amerika dan sekutunya terhadap umat Islam dan negeri negeri muslim di seluruh dunia. Berbicara tentang Barat berarti berbicara tentang Kapitalisme dan liberalisme dengan turunannya.

Amerika memaksakan demokrasi untuk melegalkan penjajahan sosial-budaya terhadap Dunia Islam. Hal tersebut bisa dilihat dari pidato George W. Bush pada pelantikannya sebagai presiden pada 20 Januari 2005. Dia berkata: The best hope for peace is the expansion of freedom (Harapan untuk perdamaian adalah melakukan ekspansi kebebasan) (Newsweek, 31/1/2005). Demokrasi telah memberikan ruang bebas bagi negara-negara imperialis untuk terus menjajah Dunia Islam.

Sesungguhnya kelemahan umat Islam ini “dinikmati” oleh Barat. Sebagaimana firman Allah SWT;

وَاِنۡ تُصِبۡكُمۡ سَيِّئَةٌ يَّفۡرَحُوۡا بِهَا ‌ۚ وَاِنۡ تَصۡبِرُوۡا وَتَتَّقُوۡا لَا يَضُرُّكُمۡ كَيۡدُهُمۡ شَيۡـــًٔا ؕ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعۡمَلُوۡنَ مُحِيۡطٌ

“Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan. (QS Ali Imron ayat 120).

Ada tiga perkara yang sangat mereka takut dari Umat Islam karena jika hal ini terjadi, umat Islam akan bangkit, akan memimpin dunia kembali dan mengatur umat manusia di dunia termasuk Barat. Ketiga hal tersebut adalah;

Pertama, Umat Islam meninggalkan sistem demokrasi kapitalis liberal. Demokrasi dibangun di atas asas Kedaulatan di tangan rakyat dan rakyat adalah sumber kedaulatan serta penetapan suara mayoritas dalam penetapan hukum benar dan salah.

Demokrasi memiliki 4 ciri utama yang menjadi prinsip dasar:

1. Demokrasi adalah rekacipta akal manusia, bukan berasal dari Allah SWT.
2. Demokrasi terpancar dari sekularisme, yakni akidah pemisahan agama dari kehidupan yang berkonsekuensi pemisahan agama dari negara.
3. Semua ketetapan hukum/UU juga diambil berdasarkan pendapat mayoritas.
4. Demokrasi mengharuskan perwujudan kebebasan mutlak dalam hal: (a) agama, (b) berpendapat (c) kepemilikan dan (d) kepribadian.

Barat itu menjadikan demokratisasi sebagai pilar dari political liberalism dan pasar bebas (market forces) sebagai pilar yang saling menguatkan satu sama lain. Karena itu demokrasi tidak seiring dengan kesejahteraan, namun seiring dengan penguasaan aset oleh para pemilih modal. Demokrasi sebagai topeng ideologis yang melindungi tirani minoritas atas mayoritas. Dalam praktiknya, yang berkuasa adalah sekelompok kecil atas kelompok besar yang lain. Seperti di Indonesia, meskipun mayoritas, kaum Muslim Indonesia berada dalam posisi yang kurang menguntungkan. Indonesia lebih didominasi oleh kelompok minoritas terutama dalam hal kekuasaan (power) dan pemilikan modal (capital). Allah SWT berfirman;

اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ ࣖ

“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)? (QS al Ma’idah ayat 50)

Kedua, umat Islam kembali terikat, terkait dan terpimpin kehidupannya kepada syariat Islam secara menyeluruh. Rata rata para ulama, cerdik cendekia menyampaikan faktor utama kemunduran maupun kelemahan umat Islam itu karena mereka meninggalkan, tidak memahami ajaran maupun syariat Islam itu sendiri yang bersumber kepada al Qur’an dan hadits.

Al Qur’an dan hadits tidak menjadi bacaan dan kajian dalam mencari solusi dalam menghadapi problematika kehidupan, padahal syariat Islam itu adalah ‘ilaz” atau solusi satu satunya yang wajib dijalankan dalam menghadapi problematika kehidupan. Allah SWT berfirman;

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

“Tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam (QS al-Anbiya’ [21]: 107).

Syaikh an-Nawawi al-Jawi, dalam tafsir Marah Labid (Tafsir Munîr) Juz II/ 47, menafsirkan ayat itu dengan menyatakan, “Tidaklah Kami mengutus engkau, wahai makhluk yang paling mulia, dengan berbagai peraturan (bi syarâ’i‘) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam, dalam agama maupun dunia. Sebab, manusia dalam kesesatan dan kebingungan. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad saw. untuk menjelaskan kepada manusia jalan menuju pahala, menampilkan dan memenangkan hukum-hukum syariah Islam, membedakan yang halal dari yang haram. Setiap nabi sebelum beliau, manakala didustakan oleh kaumnya, Allah membinasakan mereka dengan berbagai siksa. Namun, jika kaum Nabi Muhammad mendustakannya, Allah SWT mengakhirkan azab-Nya hingga datangnya maut dan Dia mencabut ketetapan-Nya untuk membinasakan kaum pendusta Rasul. Inilah umumnya tafsiran para mufassirin.”

Ketiga, umat Islam secara bersama sama menegakkan kembali institusi pemersatu, penjaga, penerap Islam secara kaffah dan dakwah Islam ke seluruh penjuru alam yakni Daulah Khilafah. Mereka telah meruntuhkan institusi Islam dalam sistem pemerintahan ini tahun 1924 di Turqi oleh antek mereka yakni Kemal Fasha at Tarturq.

Pada masa lalu, khilafah itu digambarkan sebagai “nyawa” umat Islam, dalam sebuah pertemuan formal di Inggris yang dilakukan setelah penandatanganan Lausanne Treaty, Lord Curzon ditanya kenapa Anda mengakui kemerdekaan Republik Turki? Ia menjawab: “Jangan cemas, sebab dari sekarang dan seterusnya kekuatan Turki tidak akan pernah bangkit lagi, sebab kami telah menghancurkan dengan telak sisi fundamental keagamaan dan spiritualnya”

Tegaknya kembali institusi khilafah itu telah menjadi phobia, bahkan mimpi buruk bagi Barat. Pada Desember 2004, Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council/NIC) merilis laporan dalam bentuk dokumen yang berjudul “Mapping The Global Future”. Dokumen ini berisikan prediksi atau ramalan tentang masa depan dunia tahun 2020.

Dari dokumen tersebut jelas sekali bahwa negara-Negara Barat meyakini bahwa Khilafah Islam akan bangkit kembali. Menurut mereka, Khilafah Islam tersebut akan mampu menghadapi nilai-nilai peradaban Barat. Khilafah oleh Barat dianggap sebagai suatu ancaman yang menakutkan. Sebab, ketika tegak, Khilafah akan menghentikan hegemoni Kapitalisme Barat atas dunia, yang akan mengganggu kepentingan mereka, khususnya dalam masalah politik dan ekonomi.

Apapun daya upaya Barat menghalangi dan merintanginya, sesungguhnya tegak kembali Khilafah ala minhajin nubuwwah merupakan janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah.

وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡكُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَـيَسۡتَخۡلِفَـنَّهُمۡ فِى الۡاَرۡضِ كَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِهِمۡۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِيۡنَهُمُ الَّذِى ارۡتَضٰى لَهُمۡ وَلَـيُبَدِّلَــنَّهُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ اَمۡنًا‌ ؕ يَعۡبُدُوۡنَنِىۡ لَا يُشۡرِكُوۡنَ بِىۡ شَيۡــًٔــا‌ ؕ وَمَنۡ كَفَرَ بَعۡدَ ذٰ لِكَ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ

“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS an Nur ayat 55)

Rasulullah SAW bersabda;

…ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً، فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ نُبُوَّةٍ ” ثُمَّ سَكَتَ

….Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaj al-Nubuwwah. Setelah itu, beliau diam. (HR Abu Daud).

Bandung, 15 Oktober 2024/12 Rabiul 1446

Share artikel ini: