Meski Mayoritas Muslim, Indonesia Tidak Serta Merta Bisa Disebut Negara Islam

Mediaumat.news – Meski mayoritas berpenduduk Muslim, Indonesia dan negeri-negeri Muslim lainnya tidak serta merta bisa disebut sebagai daar Islam (negara Islam/khilafah).

“Harus diperhatikan di dalam negara itu dua perkara,” ujar penulis buku Panduan Lurus Memahami Khilafah Islamiyyah Menurut Kitab Kuning Ustadz Fathiy Syamsuddin Ramadhan an-Nawiy dalam forum Liqa Syawal Ulama dan Muhibin, Ahad (8/7/2018) di Pondok Pesantren Ahsanu Amala, Beji, Depok.

Pertama, al-hukm bi al-Islaam (memerintah dengan Islam). Kedua, keamanan dipegang kaum Muslim. “Maka negara itu adalah negara Islam,” ujar dai yang akrab disapa Gus Syam tersebut.

Tetapi, ujarnya mengutip kitab al-Syakhshiyyah al-Islaamiyyah, juz 2, hal. 215-216 karya Syaikh Taqiyyuddin al-Nabhani,  bila kehilangan salah satu dari dua unsur tersebut, maka negara tersebut tidak menjadi daar Islam lagi. Misalnya, tidak lagi memerintah dengan hukum Islam, maka  berubah menjadi daar kufr (negara kufur/bukan negara Islam). Demikian juga jika negara diperintah dengan Islam, namun keamanannya tidak di bawah kekuasaan kaum Muslimin alias berada di bawah kekuasaan orang-orang kafir, maka negara itu menjadi daar kufr juga.

“Atas dasar itu, Indonesia dan seluruh negeri kaum Muslim sekarang ini adalah daar kufr karena Indonesia dan negeri-negeri Islam lainnya tidak diperintah dengan Islam.” ujarnya.

Ia juga menegaskan negeri-negeri tersebut tetaplah menjadi daar kufr bila hukum Islam diterapkan tetapi yang memegang keamanan/berkuasa adalah orang-orang kafir.

“Agar Indonesia dan negeri-negeri kaum Muslim berubah menjadi daar Islam, maka wajib di dalamnya ditegakkan hukum Islam dan keamanan negara tersebut harus berada di bawah kekuasaan kaum Muslim,” pungkasnya.

Dalam acara yang dihadiri sekitar 50 kiai, ustadz dan aktivis Islam tersebut tampak hadir pula: Ketua MUI Kota Depok KH Ahmad Nawawi; Pimpinan Ponpes Ahsanu Amala, Beji Depok, KH MD Sirajuddin dan Koordinator Shubuh Gabungan Sekecamatan Limo Ustadz Abdi Idris.[] Joko Prasetyo

Share artikel ini: